Pada
bagian pertama, kita sudah mengetahui kenapa bintang tetap stabil selama
milyaran tahun, yaitu karena adanya kesetimbangan antara gaya gravitasi dengan
tekanan termal atau tekanan radiasi.
Hermann
von Helmholtz (1821 – 1894)
William
Thomson yang lebih dikenal sebagai Lord Kelvin (1824 – 1907)
Kita bisa
melihat juga dari mana munculnya gaya gravitasi, namun paparan pada bagian
pertama malah menimbulkan pertanyaan baru: dari mana asalnya tekanan radiasi?
Tentu saja tekanan radiasi dihasilkan oleh pembangkitan energi dalam bintang.
Bintang menghasilkan energi yang kemudian menghasilkan tekanan radiasi sehingga
menyeimbangkan bintang. Namun lagi-lagi, dari mana energi bintang? Inilah
misteri kuno yang membutuhkan waktu lama untuk dijawab.
Energi
dari pengerutan Matahari?
Pada abad
19, dua orang fisikawan besar, Lord Kelvin dari Inggris dan Hermann von
Helmholtz dari Jerman secara terpisah mencoba menjawab persoalan ini: Bagaimana
jika energi matahari berasal dari pengerutannya? Anggaplah pada masa lalu
ukuran matahari jauh lebih besar daripada ukurannya yang sekarang. Lalu
perlahan-lahan, matahari mengerut karena tarikan gravitasi dari massanya.
Pengerutan ini akan membebaskan energi potensial yang dapat diubah menjadi
energi panas atau energi termal. Berapa energi potensial yang dibebaskan
Matahari? Seandainya matahari di masa lalu memiliki jari-jari yang jauh besar
daripada jari-jarinya yang sekarang, maka pengerutan Matahari telah membebaskan
energi potensial sebesar 4 x 10^48 erg. Menurut teorema virial, bila sebuah
sistem gravitasi (seperti Matahari) mengubah kesetimbangannya, maka setengah
dari energi potensialnya akan diubah menjadi energi termal, sementara setengah
lagi akan dipancarkan. Dengan demikian, energi yang dipancarkan matahari adalah
2 x 10^48 erg. Energi ini sangat besar, namun inikah sumber energi matahari?
Kurva
sebaran intensitas energi sebuah benda hitam
Untuk
menjawab pertanyaan ini, kita perlu mengetahui berapa energi yang dipancarkan
matahari setiap detiknya. Ini dapat dihitung apabila kita, sekali lagi,
mengandaikan matahari sebagai sebuah benda hitam sempurna yang berpijar. Dengan
pengandaian ini, maka kurva sebaran energi sebuah benda hitam dapat kita
gunakan untuk menghitung keluaran energi benda hitam tersebut di seluruh
panjang gelombang, lalu menjumlahkan seluruh energi pada panjang gelombang yang
berbeda-beda tersebut. Dari prosedur ini, kita akan memperoleh sebuah hukum
yang bernama Hukum Stefan-Boltzmann, yang menyatakan bahwa total energi setiap
detik yang dipancarkan dari setiap satuan area permukaan sebuah benda hitam
ternyata hanya tergantung pada suhunya. Karena kita tahu berapa luas permukaan
Matahari (anggap Matahari berbentuk bola dengan jari-jari 700.000 km) dan juga
suhu permukaannya yaitu 5800 K, maka dapat dihitung total energi yang memancar
dari seluruh permukaan Matahari pada saat ini adalah 3.8 x 10^33 erg setiap
detiknya! Ini sama dengan 3.8 x 10^26 Watt. Bayangkan berapa jumlah rumah yang
dapat diterangi oleh energi Matahari apabila setiap rumah membutuhkan daya 1000
Watt. Tentu saja energi ini memancar ke segala arah dan hanya 1400 Watt per
meter persegi yang sampai ke Bumi.
Sekarang
kita sudah tahu bahwa Matahari memancarkan energi 3.8 x 10^33 erg setiap
detiknya, dan bahwa total energi yang dihasilkan dari pengerutan gravitasi
adalah 2 x 10^48 erg. Andaikan selama ini matahari memancarkan energinya secara
konstan dan tidak berubah, maka pengerutan gravitasi ini telah berlangsung
selama kira-kira 17 juta tahun. Dari tanda-tanda kehidupan di Bumi, kita telah
menyadari kehidupan telah berlangsung selama 3 milyar tahun, sementara
pengerutan Kelvin-Helmholtz hanya sanggup menghasilkan energi yang sebanding
dalam skala puluhan juta tahun. Jadi, harus ada sumber energi lain yang dapat
menghasilkan energi dalam skala 10^33 erg selama milyaran tahun.
Penelitian
Pierre dan Marie Curie menunjukkan fenomena
radioaktivitas yang membebaskan
energi dalam jumlah besar
Radioaktivitas
Alternatif
lain untuk menjawab problem ini adalah melalui fenomena radioaktif. Pada tahun
1896, Henri Becquerel menemukan fenomena radioaktivitas. Atom berat seperti
Uranium memiliki sifat radioaktif, dan atom ini memancarkan energi berjumlah
besar dalam bentuk radiasi. Mengapa bisa demikian? Tidak ada yang mengerti.
Suami-istri Pierre dan Marie Curie-lah yang mencoba menjawab pertanyaan ini dan
membayarnya dengan nyawa mereka. Interaksi keduanya dengan bahan-bahan
radioaktif begitu dekat, dan pada waktu itu, bahaya radiasi nuklir belum
disadari. Catatan-catatan riset mereka menjadi begitu bersifat radioaktif
setelah bertahun-tahun terekspos radiasi Radium, sehingga sampai saat ini,
catatan-catatan itu harus disimpan dalam kotak berlapis timah. Marie Curie meninggal
akibat leukemia, setelah bertahun-tahun meneliti fenomena radioaktivitas dan
bersentuhan dengan radiasi. Bagaimanapun, pengorbanan Pierre dan Marie yang
bereksperimen di dalam laboratorium sempit mereka di Paris menunjukkan adanya
sumber energi yang luar biasa besar di dalam atom.
Bagaimana
sumber energi ini dapat dihasilkan? Tidak ada yang memahami apa yang sebenarnya
terjadi di dalam atom. Pada akhir abad 19, para fisikawan membayangkan atom
hanya seperti bola sederhana yang bermuatan positif dan di dalamnya elektron
yang bermuatan negatif tersebar secara merata dan menetralisir muatan positif
proton. Model seperti ini misalnya adalah model kue kismis J.J. Thomson. Namun
struktur ini tidak mampu menjelaskan fenomena radioaktivitas. Percobaan-percobaan
selanjutnya yang dilakukan Ernest Rutherford serta Hans Geiger dan Ernest
Marsden menunjukkan bahwa seluruh proton dalam atom terkonsentrasi dalam
nukleus/inti bermuatan positif, dan nukleus ini dikelilingi oleh elektron. Yang
paling mengejutkan dari eksperimen Rutherford adalah bahwa diameter nukleus ini
100 000 kali lebih kecil daripada diameter atom. Bila kita bayangkan sebuah
inti atom berukuran bola ping pong, maka elektronnya akan mengorbit inti atom
tersebut sekitar 500 meter dari bola ping pong tersebut! Ini sangat luar biasa.
Segala hal yang dapat kita raba, pegang, dan rasakan, ternyata tersusun atas …
ruang kosong!
Rutherford
bereksperimen dengan partikel alpha untuk meraba-raba struktur atom
Inti atom
yang terdiri atas Proton dan Neutron dikelilingi oleh Elektron dalam jumlah
yang sama. Meskipun tidak terlalu akurat, namun model ini dapat menjelaskan
fenomena radioaktivitas.
Elektron
terikat oleh inti atom karena adanya gaya listrik tarik-menarik antara muatan
negatif yang terkandung dalam elektron dengan inti yang bermuatan positif.
Rutherford menunjukkan bahwa inti atom terdiri atas proton yang bermuatan
positif, serta setiap atom memiliki jumlah proton dan elektron yang sama.
Dengan demikian, jumlah muatan totalnya adalah nol dan dapat kita katakan bahwa
atomnya bersifat netral. Di kemudian hari, murid Rutherford, James Chadwick,
menemukan bahwa di dalam inti atom juga terdapat neutron yang tidak bermuatan.
Dengan
adanya pemahaman tentang struktur atom ini, fisikawan mulai dapat memahami
fenomena radioaktivitas yang ditemukan Becquerel, Pierre Curie, dan Marie
Curie. Sebuah unsur bisa berubah menjadi unsur lain karena adanya perubahan
jumlah proton dan elektron di dalam atomnya. Dalam setiap atom terkandung
jumlah proton dan elektron yang spesifik hanya dimiliki oleh atom tersebut, dan
bila proton dan elektron dipertukarkan, maka sebuah inti atom dapat berubah
menjadi inti atom lain.
Peluruhan
Radium menjadi Radon adalah fenomena radioaktivitas yang diamati Pierre dan
Marie Curie. Radium meluruh menjadi Radon sambil memancarkan radiasi dalam
bentuk partikel Alfa.
Salah satu
contoh adalah Radium yang dipelajari oleh Pierre dan Marie Curie. Radium
memiliki 88 buah proton dan 138 neutron. Jumlah ini cukup besar dan cenderung
tidak stabil serta dapat berubah menjadi unsur lain. Dalam hal Radium, 2 buah
proton dan 2 buah neutron dapat dilepaskan sehingga ia berubah menjadi Radon
yang memiliki 86 proton dan 136 neutron. Gabungan 2 proton dan 2 neutron ini
disebut dengan partikel Alfa. Inilah radiasi yang perlahan-lahan membunuh Marie
Curie. Reaksi pemecahan sebuah unsur besar menjadi unsur kecil ini disebut
reaksi fisi dan merupakan mekanisme kerja di balik bom atom ataupun reaktor
nuklir. Atom-atom berat seperti Radium relatif tak stabil dan akan melepaskan
partikel alfa dengan sendirinya melalui fenomena yang disebut dengan peluruhan.
Mungkinkah
reaksi sebaliknya , yaitu penggabungan 2 atom yang kecil, bisa menghasilkan
energi? Hidrogen hanya memiliki 1 proton dan merupakan atom yang paling
sederhana dari segi susunan proton dan elektronnya. Secara teoretis,
penggabungan 2 atom Hidrogen menjadi Helium yang memiliki 2 proton adalah
mungkin. Ini disebut dengan reaksi fusi. Melalui pengamatan spektroskopi, kita
mengetahui bahwa Hidrogen dan Helium adalah dua unsur paling berlimpah di dalam
bintang. Jadi, mungkinkah Matahari menghasilkan energinya melalui reaksi fusi?
Hidrogen
adalah atom yang relatif stabil, oleh karena itu—tidak seperti atom berat yang
meluruh—reaksi fusi tidak terjadi dengan sendirinya. Harus ada sebuah kondisi
yang teramat ekstrem. Dalam kondisi tersebut, Hidrogen dapat melebur menjadi
Helium. Kondisi ekstrem ini membutuhkan suhu dan tekanan yang teramat tinggi.
Pada bagian pertama kita sudah mengetahui bahwa ada tekanan gravitasi yang
besarnya semakin tinggi apabila kita semakin mendekati pusat bintang.
Mungkinkah di pusat bintang, tekanan gravitasi dan suhunya luar biasa besar
sehingga reaksi fusi dapat terjadi?
Pada
bagian pertama kita sudah mengandaikan Matahari berada dalam kesetimbangan
antara tekanan gravitasi dengan tekanan radiasi, sebuah kesetimbangan yang kita
sebut dengan kesetimbangan hidrostatik. Berbekal asumsi ini, kita dapat
menghitung tekanan gravitasi yang terjadi di pusat matahari, yaitu 3.4 × 10^{11}
atm atau kira-kira 340 milyar kali tekanan atmosfer kita! Bila kita andaikan
bahwa gas di pusat matahari adalah gas ideal, maka hukum gas ideal memungkinkan
kita menghitung suhu di “tungku” matahari apabila kita mengetahui berapa besar
tekanan di pusat matahari. Suhu di “tungku” matahari dengan demikian kira-kira
adalah 15 juta Kelvin!
Reaksi
fusi yang sederhana terjadi dengan menggabungkan 4 atom Hidrogen menjadi 1 atom
Helium
Suhu dan
tekanan ini amat tinggi dan memungkinkan terjadinya reaksi fusi. Berapa energi
yang dibebaskan oleh reaksi ini? Dari eksperimen, diketahui bahwa massa 1 atom
Helium sedikit lebih ringan daripada massa 4 atom Hidrogen. Ada massa yang
hilang sebanyak 0.7% massa 4 atom Hidrogen, artinya setiap 1 kg Hidrogen akan
berubah menjadi 0.993 kg Helium, dan sisa massa yang hilang sebanyak 0.007 kg
ini akan diubah menjadi energi. Berapa jumlah energi yang dibebaskan oleh 0.007
kg massa ini? Ketika Enstein meneliti efek-efek relativitas khusus, dia
menemukan bahwa energi (E) dan massa (m) ternyata ekivalen dan dapat saling
berubah melalui persamaan yang amat terkenal itu, E = mc^2, dengan c adalah
kecepatan cahaya. Kecepatan cahaya adalah 300 000 km per detik (3 x 10^{8}
meter per detik), sebuah kecepatan yang amat tinggi. Dengan demikian sejumlah
kecil massa dapat diubah menjadi energi yang jumlahnya sangat besar, karena
faktor konversi c^2 yang sangat besar. Melalui rumus Enstein yang amat terkenal
ini, kita dapat menghitung bahwa reaksi 1 kg Hidrogen menjadi 0.993 kg Helium
akan membebaskan massa sebesar 0.007 kg yang ekivalen dengan energi sebesar
0.007 x (3 x 10^8)^2 = 6.3 x 10^{14} Joule energi. Ini sebanding dengan energi
yang dihasilkan oleh pembakaran 100 000 ton batubara!
Cukupkah
energi sebesar ini untuk menghidupi Matahari? Kita mengetahui bahwa jumlah
Hidrogen dalam Matahari kurang lebih adalah 75% dari total massa Matahari. Kita
dapat menghitung, berapa jumlah energi yang akan dibebaskan andaikan 10% dari
Hidrogen ini dilebur menjadi Helium:
Energi =
0.007 x 0.75 x 0.1 x (2 x 10^{30}) kg x (3 x 10^{8} m/s)^2 = 9.4 x 10^{43}
Joule = 9.4 x 10^{50} Erg.
Sebuah
energi yang luar biasa besar, hampir seribu kali lipat energi yang dibebaskan
oleh pengerutan gravitasi! Berapa lamakah reaksi nuklir ini dapat menghidupi
Matahari? Sebagaimana kita ketahui, energi yang dipancarkan Matahari adalah 3.8
x 10^26 Joule setiap detiknya. Ini artinya Matahari dapat bersinar sepanjang
7.5 Milyar tahun!
Angka ini
cukup konsisten dengan apa yang kita ketahui. Diduga, Matahari dan tata surya
kita terbentuk antara 4 hingga 5 milyar tahun lalu. Perhitungan modern yang
lebih teliti menyimpulkan bahwa daerah di dalam Matahari yang cukup panas untuk
dapat menghasilkan reaksi nuklir hanyalah daerah yang mencakup 10% dari total
Hidrogen dalam Matahari, sebagaimana perhitungan kita di atas. Lebih lanjut,
lama waktu pembakaran Hidrogen menjadi Helium ini adalah kira-kira 10 milyar
tahun. Jadi, Matahari yang saat ini usianya 5 milyar tahun berada dalam usia
paruh baya dan masih akan bersinar hingga 5 milyar tahun lagi.
Dengan
demikian, pada bagian ini kita telah menyimpulkan bahwa Matahari menghasilkan
energinya dari reaksi fusi. Reaksi fusi adalah reaksi yang menggabungkan atom
kecil menjadi atom besar, dalam hal ini adalah peleburan 4 atom Hidrogen
menjadi 1 atom Helium. Perhitungan kita atas tekanan dan suhu di bagian inti
Matahari juga menyimpulkan bahwa tekanan dan suhu di bagian inti cukup panas
dan padat untuk dapat memicu reaksi fusi.
Namun
demikian, seperti apakah persisnya reaksi ini? Kondisi ekstrem yang dapat
menghasilkan reaksi fusi sangat sulit diciptakan di Bumi. Membuat simulasi inti
matahari dengan tekanan ratusan milyar kali tekanan atmosfer Bumi dan suhu 15
juta Kelvin amatlah sulit. Satu-satunya cara untuk meraba detail-detail reaksi
nuklir di dalam “tungku” Matahari adalah dengan cara perhitungan teoretis,
kemudian membandingkannya dengan apa yang kita amati pada permukaan Matahari.
Ini adalah sebuah pekerjaan yang sulit, dan akan diceritakan pada bagian
berikutnya.