Galaksi


Pengertian Galaksi

Galaksi adalah suatu system kumpulan bintang – bintang , gas , dan debu yang amat luas dan anngotanya saling mempengaruhi secara gravitasional ( Siatupang, 2000 ). Matahari dan Sembilan planet yang mengitarinya adalah anggota dari sebuah galaksi yang diberi nama galaksi Bima Sakti.

Ada dua orang astronom yang berjasa membangun pengertian tentang galaksi. Mereka adalah Harlow Shapley dan George Ellery Hale. Shapley inilah yang mengembangkan metode untuk mengukur jarak yang diterapkan untuk mengukur diameter Bima Sakti. Sedangkan Hale sangat besar perannya dalam pengembangan teleskop – teleskop besar yang digunakan untuk pengamatan bintang – bintang dan nebula.

Ciri-ciri Galaksi

·         Galaksi adalah himpunan berbilion, malah bertrilion bintang-bintang
·         Semua Galaksi memiliki inti dari system galaksi
·         Seluruh system yang terdapat pada galaksi melakukan rotasi
·         Galaksi memiliki cahaya sendiri, bukan cahaya pantulan
·         Galaksi memiliki bentuk tertentu
·         Galaksi-galaksi hanya terlihat di luar jalur Galaksi BimaSakti

Klasifikasi Galaksi

Menurut morfologinya, galaksi dibagi menjadi 3 tipe, yaitu tipe galaksi spiral, galaksi elips, dan galaksi tidak beraturan ( Simatupang, 2000 ). Pembagian ini berdasarkan bentuk atau penampakan galaksi – galaksi tersebut. Galaksi yang diamati dan dipelajari oleh para astronom sejauh ini terdiri atas 75 % galaksi spiral, 20 % galaksi elips, dan 5 % galaksi tidak beraturan. Berikut klasifikasinya :

Galaksi Tidak Beraturan

Awan Magellan Besar

Galaksi tidak beraturan adalah tipe galaksi yang tidak simetri dan tidak memiliki bentuk khusus.

Ciri – cirinya :

·         Galaksi ini banyak mengandung materi antarbintang yang terdiri atas gas gas dan debu.
·         Terdiri atas bintang – bintang tua dan muda.
·         Bentuknya tidak simetri dan tidak memiliki bentuk khusus.

Contohnya :

Awan Magellan Besar
Awan Magellan Kecil

Galaksi Elips

Galaksi M87

Sesuai dengan namanya, penampakannya seperti elips. Tapi bentuk aslinya tidak diketahui dengan pasti karena kita tidak tahu arah pandang kita, apakah dari depan, samping, atau atas dari galaksi tersebut.

Ciri – cirinya :

·         Tipe galaksi mulai dari yang berbentuk bundar sampai yang berbentuk bola pepat.
·         Struktur dari galaksi ini tidak terlihat dengan jelas.
·         Terlihat sangat redup.
·         Sangat sedikit mengandung materi antarbintang.
·         Anggotanya adalah bintang – bintang tua.

Contohnya :

Galaksi M87, yaitu galaksi elips raksasa yang terdapat dirasi virgo.

Galaksi Spiral

Galaksi Bima Sakti

Galaksi tipe ini adalah tipe yang paling uum dikenal orang. Keungkinan besar dikarenakan bentuk spiralnya yang indah itu. Bagian – bagian utama galaksi spiral adalah halo , bidang galaksi termasuk lengan spiral dan bulge , dan bagian pusat galaksi yang menojol. Gugus Bola adalah kumpulan bintang – bintang yang berjumlah puluhan ribu bintang yang lahir bersama – sama, dan mengumpul berbentuk bola. Gugus bola inilah yang membentuk halo bersama bintang – bintang yang tidak terdapat di bidang galaksi.

Ciri – Cirinya :

·         Berbentuk spiral yang indah.
·         Terdiri atas bintang – bintang tua dan bintang – bintang muda.
·         Bintang – bintang besar terdapat pada gugus bola yang tersebar menyelimuti galaksi.
·         Galaksi ini berotasi dengan kecepatan yang jauh lebih cepat dari galaksi elips. Dan karena kecepatan rotasinya ini menyebabkan galaksi ini memipih dan membentuk bidang galaksi.
·         Kecepatan rotasi tiap bagian galaksi spiral tidak sama. Semakin kearah pusat galaksi kecapatannya semakin besar.
·         Bintang – bintang muda terdapat dilengan spiral galaksi yang berada di bidang galaksi.

Contohnya :

Galaksi Andromeda
Galaksi Bima Sakti
NGC 1232 di Rasi Eridanus
Galaksi Seyfert NGC 7742
M81 berada dekat Ursa Mayor

Hukum Memohon Pada Bintang Jatuh (Make A Wish) Menurut Al-Qur'an

bintang-jatuh

Pernahkah anda melihat bintang jatuh ? Saya yakin anda pernah melihatnya bahkan mungkin sudah sangat sering. Bagi anda yang belum, sekali waktu di malam hari cobalah berdiri di sebuah sisi bumi yang agak luas semacam taman, sawah, lapangan, bukit atau pun cukup di atas loteng bangunan yang tidak menghalangi pandangan anda terhadap langit. Karena fenomena bintang-bintang berjatuhan ini sangat indah -gambarannya mirip yang ada di film-film roman percintaan dimana biasanya ada scene sepasang kekasih berbaring bersama di atas rerumputan di tengah tanah lapang malam hari sembari memandangi langit dan menyaksikan bintang-bintang jatuh-. Sungguh sangat indah sekali. Dan seperti yang umum kita ketahui, ketika ada sebuah bintang jatuh maka saat itu pula banyak para manusia yang merapatkan jemari tangannya di depan dada untuk berdoa meminta sesuatu pada si bintang jatuh (hal ini juga sering kita temui dalam film-film barat yang juga banyak ditiru-tiru masyarakat kita). Mereka melakukannya (berdoa memohon sesuatu kepada si bintang jatuh) dengan alasan kuat bahwa saat itu Tuhan akan mendengar dan mengabulkan doa mereka. Lantas apakah memang benar demikian adanya? Bahwa Tuhan akan mengabulkan doa kita pada saat ada bintang jatuh. Dengan kata lain saat itu (ketika berdoa pada saat melihat bintang jatuh) adalah saat mustajabah diijabahi doa manusia.

Saya hanya ingin menjawab lelaku aneh ini (berdoa memohon pada si bintang jatuh) dari kacamata seorang Muslim yang tidak diperbolehkan menyembah apapun selain-Nya ataupun mengikuti suatu adat, lelaku, bahkan budaya yang telah dianggap lumrah sekalipun, jika kita tidak mengetahui asal-asul atau dalil kuat yang membolehkan kita untuk melakukannya.

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Israa’ [17] : 36).

Fungsi Bintang Dalam Al-Qur’an

Setelah kita paham dengan penjelasan tersebut, maka bukankah menjadi sebuah keanehan yang konyol dan ganjil saat kita dapati para manusia yang berdoa memohon sesuatu pada saat ada fenomena bintang jatuh tersebut. Entah darimana mereka mendapatkan dalil (keterangan) untuk melakukan ritual doa saat ada bintang jatuh tersebut. Padahal di dalam Al Qur’an dijelaskan dengan jelas mengenai fenomena-fenomena dan fungsi masing-masing komponen (benda) langit. Salah satunya adalah mengenai bintang yang diberi amanah oleh Allah. Berlaku sebagai sebuah petunjuk yang mempermudah perjalanan kaum manusia yang berjalan di darat dalam kegelapan malam dan juga saat berlayar dalam pekatnya malam di tengah lautan.

“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.(QS. Al An’aam [06] : 97).

Dan juga sebagai hiasan indah bagi langit di malam hari yang dapat membuat mereka yang memandangnya menjadi kagum dan dapat mengambil inspirasi indah dari bintang-bintang ini, seperti yang dilakukan oleh para pujangga, penyair dan para kaum pengagum keindahan lain yang membutuhkan inspirasi-inspirasi indah dalam tiap karyanya.

“Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al Fushilat [41] : 12).

Dan tentunya masih banyak lagi fungsi dan kegunaan bintang gemintang ini, tergantung pada mereka yang mengagumi dan mengambil manfaat darinya.

Ada Apa Dengan Bintang Jatuh

Setelah kita mencerna dengan akal sehat mengenai fungsi bintang dan juga muasal terjadinya fenomena “indah” yang disebut sebagai bintang jatuh tersebut, marilah secara bijak dan perlahan kita buka tabir gelap di balik kebiasaan berdoa memohon sesuatu kepada si bintang jatuh itu. Dalam Al Qur’an disebutkan sebagai berikut :

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang (nya). Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk. Kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari malaikat) lalu dia dikejar oleh semburan api yang terang.” (QS. Al Hijr [15] : 16-18).

Dari penjabaran ayat di atas dapat kita ketahui bahwa Setan (Laknatullah alaihi) ketika berusaha mencuri dengar berita (ghaib) dari langit yang dapat mereka dengar dari malaikat yang dalam salah satu penjelasan, setan mengetahui jika para malaikat akan membicarakan masalah-masalah rahasia (Ghaib), mereka mengibaskan sayapnya dan hal ini diketahui oleh para setan yang licik yang sudah lama mengintai untuk mencuri dengar berita langit.

Salah satu alasan setan melakukannya adalah karena saat itu kawan karib (mitra) mereka dari kalangan manusia (dukun/peramal) meminta bantuannya untuk mencuri dengar berita langit mengenai sesuatu hal misalnya untuk digunakan sebagai dalil kuat ramalan mereka tentang sesuatu tehadap seseorang. Dan upaya pencurian dengar kabar langit ini bukan tanpa resiko. Karena seturut penjelasan Al Qur’an, ketika para setan (jin) melakukannya maka saat itu pula mereka akan dikejar oleh “Semburan Api yang terang” (QS. Al Hijr [15] : 18) atau disebut juga dengan “Suluh Api yang cemerlang(QS. As Shaaffaat [37] : 10).

Dan hal ini juga sesuai dengan pengakuan para pelakunya sendiri (setan/jin) yang dapat kita baca dan dengar dalam transkrip percakapan/pengakuan mereka yang telah direkam dengan apik oleh kitab suci kita berikut ini :

“Dan sesungguhnya kami (Setan/Jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. Dan sesungguhnya kami (Setan/Jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya), Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka.“ (QS. Al Jin [72] : 8-10).

Kata-kata “Semburan Api yang terang(QS. Al Hijr [15] : 18), “Suluh Api yang cemerlang” (QS. As Shaaffaat [37] : 10), hingga “Panah Api yang mengintai” (QS. Al Jin [72] : 09) dalam penjelasan di atas dapat pula kita artikan sebagai sesuatu yang kini disebut sebagai “Bintang Jatuh”. Jika anda menganggap saya mengada-ada, maka marilah dengan akal sehat kita bandingkan bentuk dari bintang jatuh itu sendiri. Bukankah penampakannya yang sekilas cepat dan indah itu sama seperti atau berbentuk seperti suluh api/semburan api yang terang nan cemerlang di malam hari yang menggores angkasa di pekatnya malam. Dan bukankah jatuhnya bintang jatuh adalah dari segenap penjuru mata angin entah itu dari sebelah barat, timur, utara maupun selatan yang hal ini sesuai dengan penjelasan Al Qur’an bahwa:

“Allah telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan. Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (QS. As Shaaffaat [37] : 6-10)

Kata-kata “setan dari dilempari dari segenap penjuru” dalam ayat di atas menggambarkan bahwa setan dilempari dan dikejar panah/suluh api (yang nampak dalam pandangan kita sebagai Bintang Jatuh) dari segala arah. Dan yang lebih memperkuat argumen bahwa apa yang kita sebut sebagai “Bintang Jatuh” adalah gambaran lain dari panah api dari langit yang digunakan untuk melempari dan mengejar setan yang telah lancang mencoba mencuri dengar kabar langit melalui malaikat adalah penjelasan dari yang Maha Menguasai Langit (Allah SWT.) sendiri dalam Firman Nya yang termaktub dalam kitab suci yang berbunyi:

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala” (QS. Al Mulk [67] : 05).

Jika salah satu fungsi lain bintang adalah sebagai alat pelempar setan, maka bukan mustahil toh jika apa yang selama ini kita saksikan sebagai Bintang Jatuh adalah peristiwa dilemparinya setan dengan “bintang” yang membuatnya (setan) lari terbirit-birit setelah lancang mencoba mencuri dengar kabar langit melalui percakapan para Malaikat. Dan “Bintang” yang digunakan sebagai alat pelempar setan tersebut nampak seperti “Semburan Api yang terang” (QS. Al Hijr [15] : 18), “Suluh Api yang cemerlang” (QS. As Shaaffaat [37] : 10), atau seperti “Panah Api yang mengintai(QS. Al Jin [72] : 09) dan dalam pandangan kita di bumi nampak sebagai bintang jatuh.

Kawan, ternyata selama ini tindakan memohon sesuatu kepada bintang jatuh adalah sama saja dengan tindakan menyekutukan-Nya (Syirik). Yang menyembah/memuja atau meminta sesuatu kepada setan saat segar bugar (termasuk melalui dukun) saja diharamkan oleh Allah dan berdosa sangat besar, apalagi memohon sesuatu kepadanya (setan) di saat dia tak berdaya dan terbirit-birit kala dilempari dan dikejar panah Api (Bintang/Saat Bintang Jatuh) tentu lebih haram.

Karena menjadi keanehan dan kebodohan luar biasa dari seorang manusia modern yang konon pikirannya telah maju namun ternyata masih melakukan hal-hal bodoh seperti memohon sesuatu (berdoa) di saat melihat ada bintang jatuh. Jika saya boleh berandai dapat mewakili perasaan setan yang dimintai sesuatu oleh seseorang yang berdoa padanya saat ada fenomena bintang jatuh, mungkin setan akan mengumpat karena mereka (yang berdoa memohon sesuatu saat dirinya sedang dikejar panah api/dilempar dengan bintang) bukannya meringankan bebannya tapi malah menambah beban pikirnya karena meminta sesuatu padanya yang pada saat keadaan normal saja setan belum tentu dapat mengabulkannya, apalagi saat dirinya tengah tak berdaya dikejar dan diburu Suluh Api yang cemerlang/suluh api yang terang/panah api yang mengintai/bintang yang digunakan untuk melempari dirinya.

Dari berbagai penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan dahsyat yang akan meruntuhkan mitos kebohongan dan kebodohan yang selama ini sering dilakukan sebagian manusia (tak terkecuali para Muslim yang hanya ikut-ikutan tanpa tahu maksdudnya) mengenai ritual atau kebiasaan berdoa memohon sesuatu kepada bintang jatuh. Bahwa ternyata lelaku memohon sesuatu (berdoa) kepada bintang jatuh adalah sebuah kebodohan luar biasa di era modern seperti saat ini. Budaya/kebiasaan meminta sesuatu pada si Bintang Jatuh ini seharusnya telah kita kubur dalam-dalam saat ini karena hanya pantas dilakukan oleh para manusia primitive purba dulu yang memang belum bisa mencerna sesuatu secara akal sehat. Karena mereka lebih mengagungkan takhayul dan mitos belaka yang hal ini dapat kita maklumi di tengah keterbatasan pengetahuan dan daya pikir manusia saat itu. Dengan kata lain, ketika kita melakukannya (memohon sesuatu kepada bintang jatuh) untuk saat ini maka dapat dikatakan bahwa kita lebih bodoh dari para manusia primitive purba karena saat ini kita telah hidup di era modern dengan sumber informasi dan pengetahuan yang luas yang dapat kita gunakan sebagai referensi kritis untuk membuktikan kebenaran segala sesuatu termasuk tindakan berdoa memohon sesuatu kepada si Bintang Jatuh tersebut.

Namun semua penjelasan dalam blog ini memang tidak sepenuhnya dapat anda benarkan namun tidak pula sepenuhnya dapat anda salahkan. Karena tiap manusia pasti memiliki sudut pandang tersendiri dalam melihat segala sesuatu dalam hidup ini (termasuk fenomena-fenomena “aneh” dan “unik” dalam kehidupan itu sendiri). Namun agar kita tidak seperti manusia primitif yang hanya membebek (Taklid Buta/ikut-ikutan) pada lelaku sebagian manusia lain tanpa pernah mencerna dan memastikan nilai kebenaran dari kebiasaan/adapt/budaya/lelaku tersebut, maka sudah seharusnyalah kita belajar mencerna terlebih dahulu segala sesuatu dengan akal sehat sebelum ikut-ikutan melakukan lelaku tersebut. So, setujukah anda dengan penjelasan saya ini ?

Sumber : Musyafucino.wordpress.com

Bintang Jatuh



Fenomena bintang jatuh, memang sudah melekat pada diri masyarakat kebanyakan, terlepas dari benar atau tidaknya itu dikembalikan kepada masing-masing individunya.
Bintang jatuh adalah sebuah benda langit yang jatuh ke bumi dan oleh fenomena alam yaitu gesekan pada atmosfer menjadikan benda tersebut bercahaya, yang mana kita kenal sebagai meteor.

Satu hal yang selalu membuat penasaran yaitu mitos tentang terkabulnya sebuah permintaan bila diucapkan ketika melihat bintang jatuh. Hal tersebut seperti meteor yang jatuh ke bumi dimana seringkali habis di atmosfer sebelum menjadi meteorit (meteor yang telah mencapai bumi). Meteor dan meteorit meskipun merupakan satu benda tapi mereka memiliki perbedaan. Meteor yang tampak indah ternyata buruk rupa dan anehnya si buruk rupa ini lebih banyak menarik perhatian.

Ternyata ada penelitian di Indonesia dan merupakan yang pertama di dunia menyatakan terdeteksinya element Hidrogen pada benda padat dimana sample yang digunakan adalah meteorit dari Sangiran. Mereka publish penemuan ini di jurnal bertajuk "Emission Elemental Qualitative Analysis of Sangiran Soil Layer Using Laser-Induced Shock Wave Plasma Spectroscopy (LISPS)" dan "Characteristics of Hydrogen Emission in Laser Plasma Induced by Focusing Fundamental Q-sw YAG Laser on Solid Samples".

Klasifikasi dari meteorid yaitu meteor dengan unsur besi (siderid), unsur batu (aerolid), campuran besi dan batu (siderolid). Siderid dan siderolid yang kemunculannya hanya 5% dan 2% dari keseluruhan meteorit, umumnya digunakan untuk penjaga rumah dan bahan keris pusaka. Aerolid meskipun kemunculannya 93% tapi umumnya hilang di muka bumi karena rapuh sehingga hancur dalam perjalanan memasuki atmosfer bumi. Aerolid ini terbagi atas dua yaitu Chondrite yang katanya berumur 4.6 miliar tahun (umur tata surya) dan Achondrit.

Dari ketiga klasifikasi yang disebut, masih dapat dibuat satu klasifikasi lagi yaitu tektites. Tektites terbagi atas dua yaitu moldavite dan tektite. Moldavite yang dikenal dengan batu ceko memiliki warna hijau. ektite memiliki warna hitam dan dikenal sebagai batu satam. Tektites ini dipercaya dapat melakukan komunikasi dengan dunia luar angkasa dan bila berdoa maka akan dikabulkan, untuk cinta abadi dan kesadaran spiritual. Nahhh... ini dia mitos yang mirip dengan "make a wish" dari bintang jatuh.

Saya akan menjelaskan hukum memohon pada bintang jatuh menurut islam dalam post selanjutnya. 

Sumber : Sukrablog.blogspot.com

Astronomi Dalam Al-Qur'an (3)


MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA

MENGEMBANGNYA ALAM SEMESTA

 Dalam Al Qur'an, yang diturunkan 14 abad silam di saat ilmu astronomi masih terbelakang, mengembangnya alam semesta digambarkan sebagaimana berikut ini:

"Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (Al Qur'an, 51:47)

Kata "langit", sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, digunakan di banyak tempat dalam Al Qur'an dengan makna luar angkasa dan alam semesta. Di sini sekali lagi, kata tersebut digunakan dengan arti ini. Dengan kata lain, dalam Al Qur'an dikatakan bahwa alam semesta "mengalami perluasan atau mengembang". Dan inilah yang kesimpulan yang dicapai ilmu pengetahuan masa kini.

Hingga awal abad ke-20, satu-satunya pandangan yang umumnya diyakini di dunia ilmu pengetahuan adalah bahwa alam semesta bersifat tetap dan telah ada sejak dahulu kala tanpa permulaan. Namun, penelitian, pengamatan, dan perhitungan yang dilakukan dengan teknologi modern, mengungkapkan bahwa alam semesta sesungguhnya memiliki permulaan, dan ia terus-menerus "mengembang".

Pada awal abad ke-20, fisikawan Rusia, Alexander Friedmann, dan ahli kosmologi Belgia, George Lemaitre, secara teoritis menghitung dan menemukan bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang.

Fakta ini dibuktikan juga dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Hubble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak saling menjauhi. Sebuah alam semesta, di mana segala sesuatunya terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus "mengembang". Pengamatan yang dilakukan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam Al Qur'an pada saat tak seorang pun mengetahuinya. Ini dikarenakan Al Qur'an adalah firman Allah, Sang Pencipta, dan Pengatur keseluruhan alam semesta.

GARIS EDAR

GARIS EDAR

Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan di dalam Al Qur'an, ditegaskan bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya." (Al Qur'an, 21:33)

Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi bergerak dalam garis edar tertentu:

"Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui." (Al Qur'an, 36:38)

Fakta-fakta yang disampaikan dalam Al Qur'an ini telah ditemukan melalui pengamatan astronomis di zaman kita. Menurut perhitungan para ahli astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex. Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar seperti ini, dinyatakan dalam Al Qur'an sebagai berikut:

"Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (Al Qur'an, 51:7)

Terdapat sekitar 200 milyar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan. Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Dapat dipastikan bahwa pada saat Al Qur'an diturunkan, manusia tidak memiliki teleskop masa kini ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Karenanya, saat itu tidaklah mungkin untuk mengatakan secara ilmiah bahwa ruang angkasa "dipenuhi lintasan dan garis edar" sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut. Akan tetapi, hal ini dinyatakan secara terbuka kepada kita dalam Al Qur'an yang diturunkan pada saat itu: karena Al Qur'an adalah firman Allah.

ATAP YANG TERPELIHARA

ATAP YANG TERPELIHARA

Dalam Al Qur'an, Allah mengarahkan perhatian kita kepada sifat yang sangat menarik tentang langit:

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya." (Al Qur'an, 21:32)

Sifat langit ini telah dibuktikan oleh penelitian ilmiah abad ke-20.

Atmosfir yang melingkupi bumi berperan sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan. Dengan menghancurkan sejumlah meteor, besar ataupun kecil ketika mereka mendekati bumi, atmosfir mencegah mereka jatuh ke bumi dan membahayakan makhluk hidup.

Atmosfir juga menyaring sinar-sinar dari ruang angkasa yang membahayakan kehidupan. Menariknya, atmosfir hanya membiarkan agar ditembus oleh sinar-sinar tak berbahaya dan berguna, - seperti cahaya tampak, sinar ultraviolet tepi, dan gelombang radio. Semua radiasi ini sangat diperlukan bagi kehidupan. Sinar ultraviolet tepi, yang hanya sebagiannya menembus atmosfir, sangat penting bagi fotosintesis tanaman dan bagi kelangsungan seluruh makhluk hidup. Sebagian besar sinar ultraviolet kuat yang dipancarkan matahari ditahan oleh lapisan ozon atmosfir dan hanya sebagian kecil dan penting saja dari spektrum ultraviolet yang mencapai bumi.

Fungsi pelindung dari atmosfir tidak berhenti sampai di sini. Atmosfir juga melindungi bumi dari suhu dingin membeku ruang angkasa, yang mencapai sekitar 270 derajat celcius di bawah nol.

Tidak hanya atmosfir yang melindungi bumi dari pengaruh berbahaya. Selain atmosfir, Sabuk Van Allen, suatu lapisan yang tercipta akibat keberadaan medan magnet bumi, juga berperan sebagai perisai melawan radiasi berbahaya yang mengancam planet kita. Radiasi ini, yang terus- menerus dipancarkan oleh matahari dan bintang-bintang lainnya, sangat mematikan bagi makhuk hidup. Jika saja sabuk Van Allen tidak ada, semburan energi raksasa yang disebut jilatan api matahari yang terjadi berkali-berkali pada matahari akan menghancurkan seluruh kehidupan di muka bumi.

Dr. Hugh Ross berkata tentang perang penting Sabuk Van Allen bagi kehidupan kita:

Bumi ternyata memiliki kerapatan terbesar di antara planet-planet lain di tata surya kita. Inti bumi yang terdiri atas unsur nikel dan besi inilah yang menyebabkan keberadaan medan magnetnya yang besar. Medan magnet ini membentuk lapisan pelindung berupa radiasi Van-Allen, yang melindungi Bumi dari pancaran radiasi dari luar angkasa. Jika lapisan pelindung ini tidak ada, maka kehidupan takkan mungkin dapat berlangsung di Bumi. Satu-satunya planet berbatu lain yang berkemungkinan memiliki medan magnet adalah Merkurius - tapi kekuatan medan magnet planet ini 100 kali lebih kecil dari Bumi. Bahkan Venus, planet kembar kita, tidak memiliki medan magnet. Lapisan pelindung Van-Allen ini merupakan sebuah rancangan istimewa yang hanya ada pada Bumi.

Energi yang dipancarkan dalam satu jilatan api saja, sebagaimana tercatat baru-baru ini, terhitung setara dengan 100 milyar bom atom yang serupa dengan yang dijatuhkan di Hiroshima. Lima puluh delapan jam setelah kilatan tersebut, teramati bahwa jarum magnetik kompas bergerak tidak seperti biasanya, dan 250 kilometer di atas atmosfir bumi terjadi peningkatan suhu tiba-tiba hingga mencapai 2.500 derajat celcius.

Singkatnya, sebuah sistem sempurna sedang bekerja jauh tinggi di atas bumi. Ia melingkupi bumi kita dan melindunginya dari berbagai ancaman dari luar angkasa. Para ilmuwan baru mengetahuinya sekarang, sementara berabad-abad lampau, kita telah diberitahu dalam Al Qur'an tentang atmosfir bumi yang berfungsi sebagai lapisan pelindung.

Astronomi Dalam Al-Qur'an (2)


BENTUK BULAT PLANET BUMI

BENTUK BULAT PLANET BUMI

"Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam..." (Al Qur'an, 39:5)

Dalam Al Qur'an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai "menutupkan" dalam ayat di atas adalah "takwir". Dalam kamus bahasa Arab, misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban dipakaikan pada kepala.

Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi. Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam Al Qur'an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang bentuk planet bumi yang bulat.

Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda. Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al Qur'an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir. Oleh karena Al Qur'an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.

LANGIT YANG MENGEMBALIKAN

LANGIT YANG MENGEMBALIKAN

Ayat ke-11 dari Surat Ath Thaariq dalam Al Qur'an, mengacu pada fungsi "mengembalikan" yang dimiliki langit.

"Demi langit yang mengandung hujan." (Al Qur'an, 86:11)

Kata yang ditafsirkan sebagai "mengandung hujan" dalam terjemahan Al Qur'an ini juga bermakna "mengirim kembali" atau "mengembalikan".

Sebagaimana diketahui, atmosfir yang melingkupi bumi terdiri dari sejumlah lapisan. Setiap lapisan memiliki peran penting bagi kehidupan. Penelitian mengungkapkan bahwa lapisan-lapisan ini memiliki fungsi mengembalikan benda-benda atau sinar yang mereka terima ke ruang angkasa atau ke arah bawah, yakni ke bumi. Sekarang, marilah kita cermati sejumlah contoh fungsi "pengembalian" dari lapisan-lapisan yang mengelilingi bumi tersebut.

Lapisan Troposfir, 13 hingga 15 km di atas permukaan bumi, memungkinkan uap air yang naik dari permukaan bumi menjadi terkumpul hingga jenuh dan turun kembali ke bumi sebagai hujan.

Lapisan ozon, pada ketinggian 25 km, memantulkan radiasi berbahaya dan sinar ultraviolet yang datang dari ruang angkasa dan mengembalikan keduanya ke ruang angkasa.

Ionosfir, memantulkan kembali pancaran gelombang radio dari bumi ke berbagai belahan bumi lainnya, persis seperti satelit komunikasi pasif, sehingga memungkinkan komunikasi tanpa kabel, pemancaran siaran radio dan televisi pada jarak yang cukup jauh.

Lapisan magnet memantulkan kembali partikel-partikel radioaktif berbahaya yang dipancarkan Matahari dan bintang-bintang lainnya ke ruang angkasa sebelum sampai ke Bumi.

Sifat lapisan-lapisan langit yang hanya dapat ditemukan secara ilmiah di masa kini tersebut, telah dinyatakan berabad-abad lalu dalam Al Qur'an. Ini sekali lagi membuktikan bahwa Al Qur'an adalah firman Allah.

Astronomi Dalam Al-Qur'an (1)

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

Big bang

Asal mula alam semesta digambarkan dalam Al Qur'an pada ayat berikut:

"Dialah pencipta langit dan bumi." (Al Qur'an, 6:101)

Keterangan yang diberikan Al Qur'an ini bersesuaian penuh dengan penemuan ilmu pengetahuan masa kini. Kesimpulan yang didapat astrofisika saat ini adalah bahwa keseluruhan alam semesta, beserta dimensi materi dan waktu, muncul menjadi ada sebagai hasil dari suatu ledakan raksasa yang tejadi dalam sekejap. Peristiwa ini, yang dikenal dengan "Big Bang", membentuk keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun lalu. Jagat raya tercipta dari suatu ketiadaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Kalangan ilmuwan modern menyetujui bahwa Big Bang merupakan satu-satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan bagaimana alam semesta muncul menjadi ada.

Sebelum Big Bang, tak ada yang disebut sebagai materi. Dari kondisi ketiadaan, di mana materi, energi, bahkan waktu belumlah ada, dan yang hanya mampu diartikan secara metafisik, terciptalah materi, energi, dan waktu. Fakta ini, yang baru saja ditemukan ahli fisika modern, diberitakan kepada kita dalam Al Qur'an 1.400 tahun lalu.

Sensor sangat peka pada satelit ruang angkasa COBE yang diluncurkan NASA pada tahun 1992 berhasil menangkap sisa-sisa radiasi ledakan Big Bang. Penemuan ini merupakan bukti terjadinya peristiwa Big Bang, yang merupakan penjelasan ilmiah bagi fakta bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan.

PEMISAHAN LANGIT DAN BUMI

PEMISAHAN LANGIT DAN BUMI

Satu ayat lagi tentang penciptaan langit adalah sebagaimana berikut:

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?" (Al Qur'an, 21:30)

Kata "ratq" yang di sini diterjemahkan sebagai "suatu yang padu" digunakan untuk merujuk pada dua zat berbeda yang membentuk suatu kesatuan. Ungkapan "Kami pisahkan antara keduanya" adalah terjemahan kata Arab "fataqa", dan bermakna bahwa sesuatu muncul menjadi ada melalui peristiwa pemisahan atau pemecahan struktur dari "ratq". Perkecambahan biji dan munculnya tunas dari dalam tanah adalah salah satu peristiwa yang diungkapkan dengan menggunakan kata ini.

Marilah kita kaji ayat ini kembali berdasarkan pengetahuan ini. Dalam ayat tersebut, langit dan bumi adalah subyek dari kata sifat "fatq". Keduanya lalu terpisah ("fataqa") satu sama lain. Menariknya, ketika mengingat kembali tahap-tahap awal peristiwa Big Bang, kita pahami bahwa satu titik tunggal berisi seluruh materi di alam semesta. Dengan kata lain, segala sesuatu, termasuk "langit dan bumi" yang saat itu belumlah diciptakan, juga terkandung dalam titik tunggal yang masih berada pada keadaan "ratq" ini. Titik tunggal ini meledak sangat dahsyat, sehingga menyebabkan materi-materi yang dikandungnya untuk "fataqa" (terpisah), dan dalam rangkaian peristiwa tersebut, bangunan dan tatanan keseluruhan alam semesta terbentuk.

Ketika kita bandingkan penjelasan ayat tersebut dengan berbagai penemuan ilmiah, akan kita pahami bahwa keduanya benar-benar bersesuaian satu sama lain. Yang sungguh menarik lagi, penemuan-penemuan ini belumlah terjadi sebelum abad ke-20.

Hipotesis Bintang Kembar


Hipotesis Bintang Kembar

Hipotesis bintang kembar dikemukakan oleh Fred Hoyle pada tahun 1956. Hipotesis ini menyatakan bahwa pada awalnya tata surya berupa dua bintang yang berukuran hampir sama dan letaknya berdekatan. Dari kedua bintang tersebut, dengan salah satunya belum stabil. Pada bintang yang tidak stabil ini suatu saat terjadi reaksi yang sangat cepat sehingga menghasilkan energi berupa panas, dan akhirnya bintang tersebut meledak menjadi serpihan-serpihan kecil. Serpihan-serpihan tersebut terperangkap oleh gaya gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai bergerak mengelilinginya. Karena adanya gaya gravitasi serpihan yang letaknya berdekatan bergabung sedikit demi sedikit dan akhirnya membentuk planet, dan terbentuklah susunan tata surya.

Teori Kondensasi

Hipotesis kondensasi


Teori Hipotesis kondensasi ini dikemukan oleh GP. Kuiper (seorang astronom Belanda) pada tahun 1950. Dalam teori ini menyatakan bahwa sistem tata surya itu ternyata pada mulanya berupa bola kabut raksasa. Dan di dalam Kabut itu terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini selanjutnya berotasi sehingga bagian yang ringan mudah terlempar ke luar, sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya. Lama-kelamaan bola kabut ini membentuk sebuah cakram, perputarannya pun semakin cepat, dan suhunya pun semakin bertambah. Akhirnya, cakram itu kembali berbentuk bola gas yang cukup solid hingga terbentuklah Matahari. Bagian tepi cakram yang berupa gas dan debu mulai bertarikan dan membentuk suatu gumpalan. Selanjutnya, gumpalan tersebut terlepas dari Matahari dan menyebar ke sekitarnya. Gumpalan-gumpalan itu disebut protoplanet. Protoplanet lambat laun makin dingin dan padat sehingga membentuk planet. Protoplanet  tetap berotasi di orbitnya dan sambil berotasi dia juga berevolusi mengelilingi Matahari.

Hipotesis Pasang Surut Bintang


Astronomi Inggris, James Jeans (1877-1946) mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang lain dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin  & Moulton terletak pada absennya prominensa.

Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang lain yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalan-gimpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk kedalam orbit disekitar matahari. Pada akhirnya efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit.

Hipotesis Pasang Surut Bintang

Pada model ini tampaknya spin matahari yang lambat dikesampingkan karena dianggap matahari telah terlebih dahulu terbentuk sebelum proses pembentukan planet. Selain itu tanpa adanya prominensa maka kemiringan axis solar spin dan bidang orbit matahari-bintang tidak akan bisa dijelaskan.

Tahun 1919, Jeans memperbaharui teorinya. Ia menyatakan bahwa saat pertemuan kedua bintang terjadi, radius matahari sama dengan orbit Neptunus. Pengubahan ini memperlihatkan kemudahan untuk melontarkan materi pada jarak yang dikehendaki. Materinya juga cukup dingin, dengan temperatur 20 K dan massa sekitar ½ massa jupiter. Harold Jeffreys (1891-1989) yang sebelumnya mengkritik teori Chamberlin-Moulton juga memberikan beberapa keberatan atas teori Jeans. Keberatan pertamanya mengenai keberadaan bintang masif yang jarang sehingga kemungkinan adanya bintang yang berpapasan dengan matahari pada jarak yang diharapkan sangatlah kecil.

Tahun 1939, keberatan lain datang dari Lyman Spitzer (1914-1997). Menurutnya jika matahari sudah berada dalam kondisi sekarang saat materinya membentuk Jupiter maka diperlukan materi pembentuk yang berasal dari kedalaman dimana kerapatannya sama dengan kerapatan rata-rata matahari dan temperatur sekitar 106 K. Tapi jika harga temperatur ini dipakai dalam persamaan untuk massa kritis jeans, maka massa minimum Jupiter menjadi 100 kali massa Jupiter saat ini.

Hipotesis Planetesimal (Teori Planetesimal)


Hipotesis Planetesimal (Teori Planetesimal)

Sekitar tahun 1900 seorang astronom yang bernama Forest Ray Moulton dan seorang ahli geologi  yang bernama T.C. Chamberlin ( dari Universitas Chicago ), mengemukakan suatu teori baru yang mereka namakan hipotesis planetesimal. Planetesimal adalah benda padat kecil yang mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Menurut Moulton dan Chamberlin, sebuah bintang yang menembus ruang angkasa dengan cepat berada dekat sekali dengan matahari kita. Daya tarik yang makin meninggi antar akedua bintang itu menyebabkan bintang yang satu menaikkan pasang besar di bagian gas panas bintang yang lain. Pada saat pasang matahari yang disebabkan oleh tarikan bintang yang lewat menjadi bertambah besar, massa gas terlempar dari matahari  dan mulai mengorbit. Beberapa diantaranya mengikuti bintang lain ketika bintang itu meluncur ke ruang angkasa, sedangkan yang lain tertahan oleh daya tarik matahri yang mulai bergerak mengelilingi benda alam itu. Pasang matahari menurun kembali bila bintang lain itu mulai mejauh.  Massa gas yang terlempar dari matahari mapan dari suatu jalan yang teratur dari sekeliling matahari. Ketika massa gas menjadi dingin, gas itu berubah bentuknya menjadi cairan yang lama-kelamaan menjadi massa pada kecil. Pecahan-pecahan yang disebut planetesimal tarik-menarik dan akhirnya membentuk planet.

Dua Planet Hiasi Malam Awal Ramadhan


Dua Planet Hiasi Malam Awal Ramadhan

Jumat (20/7/2012) malam setelah Matahari tenggelam menjadi awal waktu memasuki bulan Ramadhan atau puasa. Selain hilal, malam pertama di bulan suci bagi umat Islam ini juga dihiasi oleh dua planet yang sudah sangat dikenal.

Planet pertama yang bisa dilihat dengan mata telanjang malam ini adalah Mars. Planet yang diduga menyimpan air dan kehidupan ini akan tampak kemerahan. Mars bisa dilihat dengan mengarahkan pandangan ke atas dan sedikit ke barat.

Siapa pun bisa melihat planet ini sesaat setelah Adzan Maghrib berkumandang. Mars akan tampak dengan magnitud 1,01. Magnitud menyatakan kecemerlangan benda langit. Semakin kecil hingga negatif, maka benda langit yang dimaksud akan semakin terang.

Planet lain yang akan terlihat adalah Saturnus. Planet yang memiliki struktur cincin yang khas ini bisa dilihat tak jauh dari Mars, hanya selisih beberapa derajat. Magnitud Saturnus adalah 1,28, cukup terang untuk bisa dilihat dengan mata telanjang. Saturnus bisa disaksikan pada waktu yang bersamaan dengan Mars.

Kedua planet tersebut bisa dilihat hingga sekitar pukul 23.00 WIB. Jadi, waktu menyaksikannya cukup panjang, masih bisa teramati setelah shalat tarawih pertama. Syarat tampaknya dua planet itu malam ini adalah malam yang cerah tanpa awan yang menghalangi. pengamatan di tempat yang gelap dan lapang akan lebih memuaskan.

Mengamati Mars dan Saturnus, satu hal yang bisa dipikirkan adalah soal adanya kehidupan di luar Bumi. Apakah memang ada kehidupan tersebut? Ilmuwan menyatakan bahwa Mars dan bulan yang mengelilingi Saturnus punya air atau atmosfer yang bisa mendukung kehidupan.

Selain dua planet tersebut, benda langit yang bisa disaksikan adalah Arcturus dan Vega. Arcturus adalah bintang paling terang di rasi Bootes, akan tampak dengan magnitud 0,15. Sementara Vega adalah bintang paling terang di rasi Lyra, akan tampak dengan magnitud 0.

Sumber : Sains.Kompas.com

Teori Nebula (Teori Kabut)


Teori Nebula (Teori Kabut)

Teori Kabut atau disebut juga Teori Nebula. Teori Nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775.

Teori serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Teori ini, yang lebih dikenal dengan Teori Nebula Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet luar.

Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka. Teori Kabut (Nebula) menceritakan kejadian tersebut dalam 3 (tiga ) tahap :\

Tahap Teori Nebula (Teori Kabut)

1.      Matahari dan planet-planet lainnya masih berbentuk gas, kabut yang begitu pekat dan besar
2.      Kabut tersebut berputar dan berpilin dengan kuat, dimana pemadatan terjadi di pusat lingkaran yang kemudian membentuk matahari. Pada saat yang bersamaan materi lainpun terbentuk menjadi massa yang lebih kecil dari matahari yang disebut sebagai planet, bergerak mengelilingi matahari.
3.      Materi-materi tersebut tumbuh makin besar dan terus melakukan gerakan secara teratur mengelilingi matahari dalam satu orbit yang tetap dan membentuk Susunan Keluarga Matahari.

Tahap Teori Nebula (Teori Kabut)

Kelebihan teori kabut/Teori Nebula: 

Teori ini berhasil menjelaskan bahwa tata surya datar, orbit ellips planet mengelilingi matahari hampir datar. 

Kelemahan teori kabut/Teori Nebula:

1.      James Clerk Maxwell dan Sir James Jeans menunjukkan bahwa massa bahan dalam gelang-gelang tak cukup untuk menghasilkan tarikan gravitasi sehingga memadat menjadi planet. 
2.      F. R. Moulton pun menyatakan bahwa teori kabut tidak memenuhi syarat bahwa yang memiliki momentum sudut paling besar haruslah planet bukan matahari. Teori kabut menyebutkan bahwa matahari yang memiliki massa terbesar akan memiliki momentum sudut yang paling besar.

Berbagai Modifikasi Teori Nebula

Astronom Jerman C. von Weizsaeckar memperkenalkan hipotesis nebulanya pada tahun 1940-an. Dia berpendapat bahwa suatu lapisan materi bersifat gas pernah muncul dan keluar sampai jauh sekali dari garis khatulistiwa matahari di jaman purba. Sebagian besar  lapisan ini terdiri dari unsur ringan hidrogen dan helium. Akhirnya, tekanan panas dan radiasi matahari menghilangkan sebagian besar hidrogen dan helium serta meninggalkan unsur-unsur yang lebih berat. Unsur-unsur yang lebih berat itu secara bertahap berkumpul dalam suatu deretan konsentris yang berbentuk seperti ginjal. Deretan massa ini menarik bahan-bahan lain yang terdapat di ruang angkasa dan berkembang menjadi planet.