Mengapa Pluto Tidak Di Anggap Sebagai Planet


Alasan Pluto Tidak Dianggap Planet

Untuk mengetahui mengapa pluto sudah tidak dianggap sebagai planet, maka kita harus tahu dulu bagaimana awal mula planet ini ditemukan. Pluto pertama kali ditemukan pada tahun 1930 oleh Clyde W. Tombaugh di Observatorium Lowell di Flagstaff Arizona. Para astronom telah lama meramalkan bahwa akan ada sebuah planet kesembilan dalam sistem tata surya, yang mereka sebut Planet X. Hanya 22 pada waktu itu, Tombaugh diberi tugas yang melelahkan yaitu membandingkan plat fotografi. Setiap objek bergerak, seperti komet, asteroid atau planet, harus ia definisikan dengan benar.

Setelah setahun pengamatan, Tombaugh akhirnya menemukan obyek di orbit yang benar, dan menyatakan bahwa ia telah menemukan Planet X. Karena mereka telah menemukan itu, tim Lowell diizinkan untuk memberikan nama objek itu.

Pemberian Nama

Mengenai masalah nama ini juga sempat menjadi kontroversi. Karena sempat membuat banyak pihak saling berselisih paham. Banyak yang bilang nama ini berasal dari karakter anjing dalam komik Walt Disney. Kenyataan bahwa komik tersebut memulai debutnya pada tahun yang sama dengan penemuan benda angkasa tersebut oleh manusia dipercaya banyak pihak sebagai salah satu alasannya.

Nama Pluto juga merupakan nama seorang dewa dari kebudayaan Romawi yang menguasai dunia kematian (Hades dalam kebudayaan Yunani). Nama ini diberikan mungkin karena benda angkasa ini sama gelap dan dinginnya dengan dewa tersebut,selain juga misteri yang menyelimutinya.

Ternyata banyak nama lain yang pernah ditolak untuk menamai planet baru tersebut. Salah satunya adalah Minerva, yang berarti dewi ilmu pengetahuan. Alasannya jelas, karena nama tersebut sudah dipergunakan untuk hal yang lain. Lalu ada nama Constante, merujuk pada nama pendiri observatorium tempat Clyde bekerja, Constante Lowell. Namun pemberian nama Lowell juga ditolak secara perlahan-lahan.

Sejarah Status

Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian, Charon, satelit yang mengelilingi Pluto sempat dikira sebagai planet yang sebenarnya. Akhirnya keberadaan satelit Charon ini semakin menguatkan status Pluto sebagai planet.


Akan tetapi, para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lain di belakang Neptunus (disebut objek trans-Neptunus) yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Obyek Sabuk Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas, Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).

Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Obyek Sabuk Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar dari Pluto, obyek ini juga memiliki satelit.

Jalur orbit Pluto


Pluto sendiri, dengan orbit memanjangnya yang aneh, memiliki perilaku lebih mirip objek Sabuk Kuiper dibanding sebuah planet, demikian anggapan beberapa astronom. Orbit Pluto yang berbentuk elips tumpang tindih dengan orbit Neptunus. Orbitnya terhadap Matahari juga terlalu melengkung dibandingkan delapan objek yang diklasifikasikan sebagai planet. Pluto juga berukuran amat kecil, bahkan lebih kecil dari Bulan, sehingga terlalu kecil untuk disebut planet.

Setelah Tombaugh wafat tahun 1997, beberapa astronom menyarankan agar International Astronomical Union, sebuah badan yang mengurusi penamaan dan penggolongan benda langit, menurunkan pangkat Pluto bukan lagi sebagai planet. Selain itu beberapa astronom juga tetap ingin menerima Pluto sebagai sebuah planet. Alasannya, Pluto memiliki bentuk bundar seperti planet, sedangkan komet dan asteroid cenderung berbentuk tak beraturan. Pluto juga mempunyai atmosfer dan musim layaknya planet.

Pada 24 Agustus 2006, dalam sebuah pertemuan Persatuan Astronomi Internasional, 3.000 ilmuwan astronomi memutuskan untuk mengubah status Pluto menjadi “planet katai”.

Penelitian

Salah satu penelitian yang cukup serius akhirnya digelar juga untuk melihat Pluto, yaitu penelitian pihak AS melalui NASA, yang mengirimkan satu set pesawat tanpa awak untuk mendata daerah permukaan Pluto, karakteristik geografi dan geomorfologi secara global dan mencari data struktur atmosfer yang melingkupi Pluto.

Sebuah ekspedisi yang dinamakan Pluto Express direncanakan mulai meluncur ke angkasa pada Desember 2004 dan direncanakan tiba di Pluto paling lama pada tahun 2008, namun ekspedisi ini akhirnya dibatalkan pada tahun 2000 karena masalah dana dan digantikan sebuah misi baru bernama New Horizons (diluncurkan Januari 2006). Pesawat ini akan melintasi Pluto dan Charon, satelit alaminya, dan kemudian mengirimkan foto-foto ke Bumi. Salah satu studi yang akan dilakukan Horizons mencakup masalah atmosfer yang ada di lapisan satelit Pluto tersebut. New Horizons juga direncanakan akan terbang menuju Sabuk Kuiper.

Hingga kini dipercaya Pluto memiliki sifat atmosfer yang paling asli semenjak memisahkan diri dari matahari. Lapisan atmosfer ini juga dikenal sebagai lapisan paling dingin yang pernah dimasuki sebuah pesawat misi angkasa luar dari bumi.

Sumber : wong168.wordpress.com

Malam Ini Puncak Hujan Meteor June Bootids



Satu lagi fenomena astronomi menarik pada bulan Juni 2012 akan terjadi malam ini. Hujan meteor June Bootids, nama fenomena itu, akan memuncak pada Selasa (26/6/2012) hingga Rabu (27/6/2012) dini hari.

"Shower ini memiliki radian di Rasi Bootes yang berada di langit belahan utara di mana ia sudah terbit saat menjelang malam dan akan terbenam lepas tengah malam," kata Mutoha Arkanuddin dari Jogja Astro Club lewat akun Facebook, Senin (25/6/2012).

Hujan meteor ini sebenarnya sudah dimulai sejak 22 Juni 2012 lalu, tetapi baru akan mencapai puncaknya malam ini. Setelah itu, hujan meteor ini masih bisa disaksikan hingga 2 Juli 2012 mendatang.

Mutoha mengungkapkan, induk kemunculan hujan meteor June Bootids adalah Komet 7P/Pons-Winnecke yang mengorbit Matahari setiap sekitar 6 tahun. Bumi melewati wilayah di mana terdapat debris komet ini sehingga hujan meteor pun terjadi.

Meteor dalam hujan meteor June Bootids adalah meteor yang lambat geraknya. Kecepatan gerak meteor "hanya" sekitar 18 km per detik. Hujan meteor ini sebenarnya paling baik dilihat di lintang utara Bumi, tetapi wilayah lintang selatan pun masih bisa melihat.

"Sebagian orang percaya bahwa karena komet induk dari hujan meteor ini melintas begitu dekat dengan Bumi pada 2008 maka tahun ini bisa menjadi tahun yang baik untuk pengamatan June Bootids," jelas Mutoha.

Pada tahun 1998 dan 2004, hujan meteor June Bootids begitu ramai. Ratusan meteor jatuh setiap jamnya. Tahun ini, hujan meteor June Bootids mungkin tak seramai itu, tetapi tetap menarik karena cuaca yang cukup mendukung dan kurangnya polusi cahaya Bulan.

Untuk melihatnya, cukup pergi ke tempat yang gelap dan lapang malam ini, sekitar setelah Matahari tenggelam hingga lewat tengah malam. Tak perlu teleskop, hujan meteor bisa disaksikan dengan mata telanjang, cukup mengarahkan pandangan ke utara.

Mutoha mengatakan, membawa bekal makan an dan minuman hangat serta mengamati beramai-ramai dengan teman akan lebih mengasyikkan. Tak lupa, mengenakan baju hangat agar pengamatan hujan meteor tak berbuah sakit di esok hari.

Sumber : Kompas.com

Cina Coba Menggabungkan Dua Wahana Angkasa Secara Manual



Para astronot Cina tengah mencoba menggabungkan secara manual dua wahana angkasa, yaitu kapsul Shenzou-9, yang mereka tumpangi, dengan laboratorium angkasa luar Tiangong-1.

Sebelumnya, proses penggabungan kedua wahana angkasa ini dilakukan dengan prosedur otomatis menggunakan komputer.

Jing Haipeng, Liu Wang dan astronot perempuan pertama Cina, Liu Yang, akan mencoba melakukan upaya penggabungan tersebut secara ekstra hati-hati.

Pihak berwenang Cina mengatakan proses penggabungan manual dua wahana angkasa dilakukan sekitar pukul 04:00 GMT, atau sekitar 10.30 WIB, Minggu (24/06).

Liu Wang diberi tanggungjawab untuk melakukan upaya penggabungan, sementara Liu Yang akan menggelar penelitian pengaruh kondisi tanpa bobot terhadap tubuh manusia, demikian kantor berita AFP. Proses penggabungan dua wahana angkasa ini, menurut kantor berita AFP, merupakan proyek pembangunan stasiun ruang angkasa Cina, yang ditargetkan selesai pada 2020.

Penggabungan secara manual ditempuh apabila prosedur otomatis dinyatakan gagal. Para astronot Uni Soviet dan AS pernah melakukan penggabungan manual yang dianggap berhasil pada 1960 lalu.

STASIUN RUANG ANGKASA


Pesawat ruang angkasa Shenzhou-9 diluncurkan pada 16 Juni lalu. Kapsul Shenzou-9 yang diawaki tiga astronot Cina kini merapat di dekat laboratorium angkasa Tiangong-1 melalui prosedur otomatis yang berjalan sukses.

Sejumlah media massa Cina melaporkan penggabungan dua wahana angkasa itu diharapkan bisa selesai pada Senin (18/6) pukul 15.00 waktu Beijing atau pukul 14.00 WIB di ketinggian 340km.

Ketiga astronot Cina ini dijadwalkan kembali ke Bumi sebelum akhir bulan ini. Modul laboratorium angkasa Cina Tiangong-1 merupakan prestasi besar negeri itu. Misi Shenzou-9 ini adalah misi wahana angkasa berawak keempat Cina, menyusul misi penggabungan tanpa awak yang sukses dilakukan Shenzou-8 tahun lalu.

Belum lagi usai misi Shenzou-9, Cina dipastikan akan meluncurkan misi Shenzou 10 pada tahun depan. Laboratorium angkasa Tiangong-1 merupakan prototipe modul-modul angkasa yang diharapkan bisa dibangun Cina untuk membentuk sebuah stasiun ruang angkasa berawak pada akhir dekade ini. Dengan berat 60 ton, Tiangong-1 lebih kecil dibanding stasiun angkasa luar milik AS, Rusia, Eropa, Kanada dan Jepang yang memiliki berat 400 ton.


Planet Berpasangan "Dekat Tapi Berbeda"



Para astronom baru saja menemukan dua planet ekstrasolar baru yang mengorbit bintang Kepler-36. Dua planet ekstrasolar tersebut berjarak sangat dekat satu sama lain seperti layaknya pasangan tetapi memiliki perbedaan yang sangat besar.

Kepler-36b dan Kepler-36c adalah nama dua planet ekstrasolar yang ditemukan. Keduanya berjarak 1200 tahun cahaya dari Bumi. Keduanya sangat dekat, jarak terdekat yang bisa dicapai adalah 1,9 juta kilometer atau 5 kali jarak Bumi-Bulan, lebih dekat dari pasangan planet manapun.

Waktu revolusi planet tak jauh berbeda. Dengan jarak 18 juta kilometer dari bintangnya, Kepler-36b berevolusi selama 14 hari. Sementara, Kepler-36c mengelilingi bintangnya dalam periode 16 hari pada jarak 19 juta kilometer.

Para astronom semula menduga bahwa dengan jarak berdekatan, kedua planet punya karakteristik yang sama. Tapi, ternyata keduanya berbeda jauh. Kepler 36-b ialah planet batuan bermassa 4,5 kali massa Bumi sedangkan Kepler-36c adalah plant gas seukuran Neptunus bermassa 8 kali Bumi.

Kepler-36b berukuran 1,5 kali lebih lebar dari Bumi. Komposisi planet ini terdiri dari 30 persen besi, 15 persen air dan gas atmosfer Hidrogen dan Helium sekitar 1 persen. Kepler-36c memiliki lebar 3,7 kali Bumi, terdiri atas inti padat diselubungi atmosfer tebal Hidrogen dan Helium.

"Planet ini berbeda satu sama lain. Hanya ada 10 persen perbedaan dalam jarak mereka ke bintangnya, tapi densitasnya berbeda dengan faktor 8," kata Josh Carter dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics seperti dikutip Discovery, Kamis (21/6/2012).

"Saya kira ini menarik. Ini memunculkan pertanyaan tentang bagaimana planet ini mendapatkan atmosfernya. Mungkin satu tak begitu banyak mendapat sementara yang lain mendapatkannya secara berlebihan," tambah Andrew Youdin, juga dari Harvard Smithsonian Center for Astrophysics.

Pertanyaan yang juga muncul adalah tentang pembentukan kedua planet ini. Menurut astronom, Kepler-36b mungkin terbentuk di dekat bintangnya sedangkan Kepler-36c terbentuk di jarak yang lebih jauh tetapi kemudian bermigrasi ke dekat bintangnya.

Punya pemandangan indah

Tinggal di Kepler-36b dan Kepler-36c, pemandangan indah akan bisa dinikmati. Setiap 97 hari, planet akan mengalami konjungsi satu sama lain. Saat konjungsi, planet tetangga dekatnya akan tampak seperti bulan purnama.

"Planet c akan tampak sekitar 2,5 kali ukuran bulan purnama ketika dilihat dari permukaan planet b. Sebaliknya, planet b akan tampak seukuran bulan purnama dari planet c," kata Carter seperti dikutip Space, Kamis.

Spekulasi ilmuwan, planet c akan tampak berwarna keunguan. Warna ini muncul karena penyerapan cahaya merah dan kuning oleh sodium dan potasium. Warna sedikit kecoklatan juga mungkin akan tampak.

Sayang seribu sayang, Kepler-36b dan kepler-36c terlalu panas untuk mendukung kehidupan. Jadi, sepertinya tak ada makhluk hidup apapaun, termasuk manusia, yang bisa menikmati pemandangan indah itu. Temuan kedua planet ini dipublikasikan di jurnal Science.

Sumber : Lintas.me

Lubang Hitam (Black Hole) II


Sejarah Black Hole


Teori adanya lubang hitam pertama kali diajukan pada abad ke-18 oleh John Michell and Pierre-Simon Laplace, selanjutnya dikembangkan oleh astronom Jerman bernama Karl Schwarzschild, pada tahun 1916, dengan berdasar pada teori relativitas umum dari Albert Einstein, dan semakin dipopulerkan oleh Stephen William Hawking. Pada saat ini banyak astronom seperti charis yang percaya bahwa hampir semua galaksi dialam semesta ini mengelilingi lubang hitam pada pusat galaksi.

Adalah John Archibald Wheeler pada tahun 1967 yang memberikan nama "Lubang Hitam" sehingga menjadi populer di dunia bahkan juga menjadi topik favorit para penulis fiksi ilmiah. Kita tidak dapat melihat lubang hitam akan tetapi kita bisa mendeteksi materi yang tertarik / tersedot ke arahnya. Dengan cara inilah, para astronom mempelajari dan mengidentifikasikan banyak lubang hitam di angkasa lewat observasi yang sangat hati-hati sehingga diperkirakan di angkasa dihiasi oleh jutaan lubang hitam.Setelah hampir selama 30 tahun berkeyakinan bahwa lubang hitam (black hole) menelan dan menghancurkan segala sesuatu yang terperangkap di dalamnya, fisikawan antariksa Stephen Hawking berubah pikiran. Penulis buku Brief History of Time itu mengaku telah salah meletakkan argumen kunci tentang perilaku lubang hitam itu.

Informasi-informasi yang ada dalam lubang hitam itu ternyata memungkinkan untuk melepaskan diri. Temuan barunya itu bahkan dapat membantu memecahkan paradoks informasi di lubang hitam yang selama ini menjadi teka-teki besar dalam fisika modern. 

"Saya telah memikirkan permasalahan ini selama 30 tahun terakhir, dan saya kira kini saya telah memiliki jawabannya," kata matematikawan cacat amyothropic lateral sclerosis dari Universitas Cambridge itu. 

"Sebuah lubang hitam hanya muncul untuk membentuk diri tetapi belakangan membuka diri, dan melepaskan informasi tentang apa yang telah terjatuh ke dalamnya. Jadi, kita dapat memastikan tentang masa lalu dan mempediksikan yang akan datang". 

Profesor Hawking belum mau mengungkap perhitungan detil matematika di balik pemikiran terbarunya itu. Tetapi beberapa poin telah dibocorkannya dalam sebuah seminar di Universitas Cambridge. Temuan-temuan revisi dibeberkan Hawking dalam Konferensi Internasional ke-17 tentang Gravitasi dan Relativitas Umum di Dublin, Irlandia, 21 Juli 2004.

Hasilnya barangkali akan bisa membantu para ilmuwan memecahkan misteri "paradoks informasi lubang hitam", salah satu teka-teki terbesar di dunia fisika modern, yang sesungguhnya timbul karena pemikiran Hawking sendiri.

Hawking, teori sebelumnya bertentangan dengan hukum fisika quantum
Untuk bisa lebih jelas memahami permasalahan ini, baiklah kita kembali ke tahun 1976. Saat itu, Hawking dengan perhitungannya menyatakan bahwa ketika sebuah black hole terbentuk dari bintang raksasa, ia mulai proses penguapan, memuntahkan energi radiasi --yang disebut Hawking radiation-- dan mulai kehilangan massa.

Radiasi yang memancar ini, dikatakan Hawking, tidak mengandung informasi mengenai materi-materi dalam lubang hitam atau bagaimana ia terbentuk. Nah, bila akhirnya black hole menguap seluruhnya, maka informasi itu pun akan hilang dan tidak akan pernah terungkap lagi.

"Ketika itu diyakini segala sesuatu yang jatuh ke lubang hitam akan hilang selamanya," ujar Profesor Matematika di Universitas Cambridge tersebut. "Di lain pihak, radiasi yang dikeluarkan black hole sangat acak dan tidak berbentuk sehingga semua informasi yang jatuh ke dalamnya seolah pasti raib."

Pernyataan di atas, tentu saja bertentangan dengan hukum fisika quantum yang menyatakan bahwa informasi tidak bisa benar-benar hilang. Untuk menjawabnya, saat itu Hawking mengatakan black hole adalah perangkap kosmis yang gaya tariknya luar biasa besar, sehingga tidak mematuhi teori fisika quantum.

Kini setelah 30 tahun lewat, ilmuwan jenius itu rupanya berubah pikiran. "Beberapa waktu lalu, saya menemukan bahwa lubang hitam ternyata tidak sehitam yang kita sangka," ujarnya. "Ia ternyata melepaskan informasi melalui apa yang kita sebut sebagai Hawking radiation."

Berdasarkan pemikiran baru ini, Hawking berpendapat sebenarnya beberapa informasi yang terhisap black hole dapat ditemukan kembali lewat apa yang dipancarkannya melalui radiasi.

Memperkirakan masa depan

Tidak semua infromasi lenyap seiring dengan menguapnya black hole
Untuk mensosialisasikan teori barunya ini, Hawking telah meminta pada Curt Cutler, ilmuwan dari Albert Einstein Institute di Golm, Jerman, sekaligus panitia pertemuan di Dublin agar memberinya kesempatan berbicara di konferensi.

"Ia mengirimkan nota yang bunyinya, ’Saya telah memecahkan teka-teki paradoks informasi lubang hitam dan saya ingin membicarakannya,’" kata Cutler.

Bila apa yang akan dijelaskan Hawking kelak adalah suatu teori yang disepakati, maka berdasar teori itu sebuah black hole bukanlah perangkap yang akan memusnahkan informasi, namun masih memberikan kesempatan pada kita untuk mempelajari masa lalu dan memperkirakan masa depan.

"Sebuah lubang hitam akan muncul saat proses pembentukan dirinya, namun kemudian ia akan membuka diri dan melepaskan informasi-informasi mengenai segala sesuatu yang dihisapnya," kata Hawking. "Oleh sebab itu kita akan bisa melihat masa lalu dan memprediksi masa yang akan datang."

***

Setelah berpikir tanpa henti selama 29 tahun, pakar astrofisika ternama, Stephen Hawking, menyatakan dia telah keliru tentang lubang hitam (black hole). “Lubang hitam tidak menghancurkan segala yang diisapnya, namun mengeluarkan kembali materi dan energi dalam bentuk yang telah tercerai-berai,” terang Hawking dalam Konferensi Internasional Gravitasi dan Relativitas ke-17 di Dublin, Irlandia, Rabu (21 Juli) lalu.

Pada 1976, Hawking pernah mengemukakan teori bahwa lubang hitam terbentuk dari bintang raksasa yang tekanan gravitasinya luar biasa besar sehingga menarik energi dan materi di dekatnya. Energi dan materi itu diyakininya akan musnah ditelan lubang hitam. Teori ini berlawanan dengan teori fisika kuantum yang menyatakan bahwa materi dan energi tidak bisa dihancurkan, namun hanya berganti wujud.

Hawking sempat menyatakan kalau sejatinya materi yang terisap lubang hitam akan mengalir menuju jagad raya baru. Pemikiran ini banyak dipakai dalam cerita-cerita fiksi ilmiah.

Namun, dalam pertemuan yang dihadiri 800 ahli fisika dari 50-an negara itu, Hawking mengubah keyakinan yang pernah dikemukakannya dalam tulisan berjudul The Information Paradox for Black Holes. Sekarang Hawking berkeyakinan kalau lubang hitam menyimpan apa yang diisapnya dalam waktu lama. Setelah lubang hitam rusak dan mati, apa yang pernah diisapnya dipancarkan kembali ke jagad raya dalam keadaan tercerai-berai.

“Tidak ada bagian jagad raya baru seperti yang saya pikirkan. Materi, energi, dan informasi yang terisap lubang hitam tetap berada di jagad raya,” kata ilmuwan 62 tahun ini.

“Saya menyesal telah mengecewakan para penggemar science fiction. Materi yang diisap black hole masih tersimpan sehingga lubang hitam tidak bisa dipakai untuk menuju jagad lain. Bila seseorang diisap ke lubang hitam, massa dan energinya akan kembali ke jagad raya dalam keadaan terurai. Materi tersebut masih mengandung informasi yang sama, namun dalam bentuk yang tidak dikenali lagi,” papar Hawking.

“Saya merasa lega karena telah memecahkan masalah yang menghantui saya selama hampir 30 tahun. Meskipun jawaban (tentang teori lubang hitam) tidak fantastis dibanding teori yang saya utarakan sebelumnya,” kata profesor matematika di Universitas Cambridge ini.

Bagaimana Lubang Hitam Terbentuk ?


Lubang hitam muncul ketika sebuah bintang yang besar dan padat (masif, berukuran 8-100 kali massa matahari) di sebuah supernova meredup dan mati dengan membakar seluruh tenaga nuklirnya. Gaya gravitasi menarik berat maha besar dari lapisan-lapisan luar bintang itu untuk ikut meluruh ke arah inti.

"Permukaan" dari sebuah lubang hitam disebut dengan sebuah event horizon. Hancurnya gaya gravitasi menjadikan hampir seluruh cahaya tidak dapat melepaskan diri dan tidak ada satu pun informasi dari permukaan itu yang berhasil lolos.

Sama halnya dengan figur kartun Cheshire Cat yang muncul lalu menghilang dalam gelap dengan hanya meninggalkan senyumnya, sebuah lubang hitam mewakili bahan-bahan yang hanya meninggalkan gravitasinya saja.

Sebagian kalangan berpikir banyak lubang hitam kecil terbentuk di awal mula pembentukan jagat raya, Big Bang. Ada kemungkinan galaksi kita juga memiliki berlimpah lubang hitam mini.

Pada prinsipnya, lubang hitam memiliki massa yang berbeda-beda. Lubang hitam yang terbentuk melalui kematian bintang-bintang sedikitnya memiliki massa dua kali daripada massa matahari kita. Tetapi kerapatannya bisa semiliar kali lebih padat daripada matahari kita.

Tidak seperti benda-benda pada umumnya, seperti bebatuan, yang secara kasar memiliki ukuran proporsional dengan akar persegi massa, lubang-lubang hitam memiliki proporsi radial terhadap massanya.

Secara virtual, bintang biasanya mati dan menghilang dari jagat raya ke bentuk sebuah titik dengan kerapatan yang tidak terbatas (event horizon) dimana hukum-hukum relativitas umum yang biasanya berlaku untuk ruang dan waktu luluh. Hukum-hukum fisika kuantum menyatakan, informasi-informasi itu tidak mungkin hilang sepenuhnya.
 
Namun, Hawking dan teman-temannya berpendapat medan gravitasi ekstrim dari lubang hitam dapat menjadi pengecualian dari hukum-hukum itu. 

Radius sebuah lubang hitam (Rs) = 2 (M G)/v2. Dimana M adalah massa lubang hitam, G adalah konstanta gravitasi, dan v adalah kecepatan yang dibutuhkan suatu objek untuk  menghindar dari gaya tarik gravitasi. Untuk kasus lubang hitam, v adalah c atau kecepatan cahaya.  

Lubang Hitam (Black Hole) I


Pengertian Black Hole


Lubang hitam merupakan wilayah luar angkasa yang dapat menelan gas, debu, bintang, planet, maupun benda angkasa lain yang ada dalam suatu galaksi. Gaya tarik gravitasinya sangat kuat. Sebuah planet yang melintas di sekitarnya tidak akan selamat dari hisapan lubang itu.

Banyak astronom khawatir aktivitasnya yang semakin liar akan mampu menelan planet Bumi. Lantas apa yang membuat sebuah lubang hitam mampu menyedot benda-benda angkasa di sekitarnya?

Sebenarnya ada teori yang menyebutkan, daya hisap sebuah black hole bisa melemah lalu ia akan masuk ke fase tidur, berhenti memakan benda angkasa. Menurut George Helou, dari Spitzer Science Center NASA di Institut Teknologi California, lubang hitam di galaksi kita saat ini sedang dalam fase tidur itu.

Lubang hitam yang disebut Sagittarius A itu letaknya berada di tengah galaksi Bima Sakti. Scherbakov, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard mengatakan, lubang hitam di galaksi Bima Sakti hanya memakan 0,01% bintang di sekelilingnya.

Semua galaksi masif memiliki lubang hitam raksasa. Namun, menurut peneliti di University of California, Santa Cruz, (UCSC) lubang hitam aktif jarang ditemui dalam galaksi ‘kerdil’ kecil.
“Hal ini seperti tebakan telur, yang mana yang muncul duluan, lubang hitam raksasa atau galaksi masif?,” ujar peneliti Jonathan Trump. Hasil studi menunjukkan, bahkan galaksi massa rendah memiliki lubang hitam raksasa. Trump dan rekannya menggunakan Hubble Space Telescope guna mempelajari galaksi yang jaraknya 10 miliar tahun cahaya dari Bumi ini. Artinya, galaksi ini muncul saat semesta berusia kurang dari seperempat usianya saat ini. “Kembali pada 10 miliar tahun silam, semesta masih remaja. Jadi, galaksi ini masih sangat kecil dan muda,” paparnya. Temuan ini melawan keyakinan pada formasi lubang hitam.

 “Tingkat pembentukan bintang mereka 10 kali Bima Sakti. Kemungkinan ada hubungan antara hal tersebut dengan inti galaksi aktif. Saat gas tersedia untuk membentuk bintang baru, gas ini juga tersedia untuk memberi makan lubang hitam,” katanya seperti ditulis UPI.

Bagaimana jadinya kalau black hole menghisap bumi kita ?


Jarak lubang hitam ke bumi ternyata lebih dekat dari perkiraan awal. Lubang hitam di langit ini bisa menghisap benda angkasa termasuk bumi dan menghancurkannya. Sebuah tim astronom ineternasional telah secara akurat mengukur jarak bumi ke lubang hitam untuk pertama kalinya. Tanpa menggantungkan pada model matematika, para astronom memperoleh hasil angka 7800 tahun cahaya, lebih dekat dari asumsi awal. Peneliti mendapatkan data dari emisi radio lubang hitam dan bintang mati di area tersebut.

Dengan tingkat kesalahan penelitian yang semakin kecil (kurang dari 6%), astronom telah mendapatka gambaran yang lebih jelas bagaimana lubang hitam berevolusi. Lebih jauh, jarak yang tepat dibutuhkan untuk mengukur putaran lubang hitam. Jarak astronomis lebih mudah diukur dengan alat yang disebut parallax trigonometrik, di mana para astronom menggunakan pergeseran tahunan posisi bintang sebagai akibat orbit bumi mengelilingi matahari (parallax shift).

Peter Jonker dari Institut Riset Luar Angkasa Belanda SRON dan rekannya mengaplikasikan metode ini untuk pertama kalinya, sebagai pendekatan bagi lubang hitam dan bintang terkait, V404 Cygni dalam konstelasi Cygnus.

Lapisan paling luar bintang telah terkonsentrasi ke lubang hitam. Gas ini pertama kali mengakumulasi dalam bentuk lingkaran plasma di seputar lubang hitam sebelum kemudian lenyap masuk ke dalamnya, sebuah proses yang banyak melepaskan sinar-X dan gelombang radioaktif.

Jonker dan koleganya dapat mengukur secara pasti pergeseran parallax dalam sistem biner kita menggunakan kombinasi teleskop tersebar di seluruh sisi bumi yakni High Sensitivity Array (HSA).

Peneliti percaya bahwa perhitungan sebelumnya jarak lubang hitam dengan bumi ada penyerapan dan penguraian debu antar bintang yang dapat memberikan derajat kesalahan sebesar 50%. Sedangkan tingkat kesalahan penelitian terbaru ini kurang dari 6%.

Dari hasil pengukuran juga menemukan bahwa lubang hitam terbentuk dari ledakan supernova dan kemudian lubang tersebut bergerak di angkasa luar.


Teleskop Optik Terbesar di Dunia



Dewan organisasi Eropa, The European Southern Observatory (ESO) menyatakan keputusan untuk membangun European Extremely Large Telescope (E-ELT), yang akan menjadi sebuah teleskop optik terbesar di dunia.

ELT akan secara langsung memperlihatkan planet di luar tata surya, yang mengorbit bintang lain (selain Matahari) di dalam zona habitable. Serta seluruh objek luar angkasa dalam radius lebih jauh.

Proyek bernilai 1,1 miliar Euro ini akan menggunakan cermin seukuran diameter 39 meter. Terbuat dari hampir 800 segmen heksagonal sehingga dapat menghasilkan citra dari cahaya 12 kali lebih besar ketimbang teleskop optik paling besar yang ada atau dioperasikan sekarang.

Dari jarak yang lebih jauh, tentu saja objek-objek di galaksi jauh yang tadinya tertangkap dengan redup dapat dilihat lebih jelas dan dalam. Isobel Hook, salah satu ilmuwan dari Oxford University yang turut mengerjakan teleskop ini mengatakan, bahwa teleskop raksasa akan mampu mengambil gambar yang lebih tajam dan mengumpulkan cahaya di area lebih luas.

"Paduan yang membuat kita bisa mengamati berbagai rangkaian fenomena di alam semesta secara jauh lebih detail," ungkap Hook.

Teleskop ditarget siap digunakan sekitar 2022 dan bakal ditempatkan di puncak Pegunungan Cerro Armazones di Chile. ELT akan melengkapi fasilitas astronomi dari abad ke-21.

(Gloria Samantha. Sumber: Reuters Science, Examiner, Fox News)

Fenomena Halo "Halo Matahari dan Halo Bulan"


Halo Matahari

Barangkali anda pernah mendengar istilah “halo” dalam bahasa asing (Inggris). Biasanya, istilah ini merujuk pada benda berbentuk cincin yang melingkari sesuatu. Dalam menggambarkan orang suci, misalnya, dalam masyarakat barat biasanya di atas kepala orang suci tersebut dilukiskan sebuah lingkaran.

Dalam ilmu Fisika, istilah halo digunakan untuk banyak hal. Cincin pada suatu planet kadang-kadang juga disebut halo. Yang paling mudah kita amati adalah halo yang terbentuk di sekeliling Matahari atau Bulan jika dilihat dari Bumi. Dengan adanya halo, Matahari atau Bulan akan tampak memiliki cincin di sekelilingnya sehingga tampak unik dan indah.

Halo Bulan
Bagaimana Hal ini Bisa Terjadi?

Halo, dalam bahasa dan tulisan Latin
ἅλως, juga disebut sebagai nimbus atau gloriole. Merupakan fenomena optik yang menampilkan bentuk cincin di sekitar sumber cahaya. Di alam biasanya kita lihat saat bulan purnama atau saat matahari terang di siang hari.

Fenomena tersebut terjadi akibat refleksi dan refraksi cahaya matahari/bulan oleh kristal-kristal es yang terdapat di awan cirrus, awan yang terletak di tingkatan atmosfer yang disebut troposfer, sekitar 5-10 km dari permukaan bumi.

Halo adalah fenomena optikal berupa lingkaran cahaya di sekitar sumber cahaya Matahari atau Bulan. Fenomena Halo adalah lingkaran seperti pelangi yang mengelilingi matahari. Halo adalah fenomena yang lebih sering terjadi di langit.

Pada umumnya halo melibatkan putaran radius 22° halo dan sundogs (Parhelia). Dalam gambar diatas, menunjukan matahari di kelilingi oleh 22° halo dan dilambungi (sisi) oleh sundogs. Parhelic circle adalah biasan cahaya kristal yang melepasi sundogs dan mengelilinginya. Kadangkala ia melapisi keseluruhan ruang langit dalam latitut yang sama dengan matahari. Pembinaan tangen ketinggian dan rendah (Upper Tangent arc and Lower Tangent arc) menyentuh secara terus dengan 22° halo sama ada di atas atau dibawah matahari. Pembuatan Lengkungan (Circumzenithal arc) akan terjadi di atas kristal tersebut.

Radius 22° gerhana matahari tidak kelihatan. Ia seperti helaian yang berlapis-lapis atau habuk pada permukaan awan cirrus yang nipis. Awan ini sejuk dan mengandung kristal es walaupun pada iklim yang sangat panas.

Gerhana matahari sangat besar, selalu mempunyai diameter yang sama dalam posisinya di langit. Kadang-kadang hanya sebagian saja yang muncul. Semakin kecil cincin cahaya yang terbias muncul mengelilingi matahari atau bulan, dihasilkan oleh corona dari lebih banyak tetesan air daripada dibiaskan oleh kristal es, hal ini bukan berarti menunjukkan bahwa hujan akan turun.

Saat awan cirus hanya merefleksikan dan merefraksikan cahaya matahari, biasanya halo yang terbentuk hanya cincin yang tak berwarna. Namun jika pada sudut yang tepat, bisa terjadi juga dispersi sehingga cincin yang terjadi juga berwarna seperti halnya pelangi. Contoh refraksi yang sederhana adalah saat anda melihat sedotan dalam gelas berisi air terlihat patah, atau permukaan dasar kolam yang terlihat menjadi lebih dekat ke permukaan daripada yang sebenarnya.

Refleksi yang terjadi saat cahaya melewati titik air, es atau kristal yang transparan hanya terjadi pada sudut tertentu saja. Sudut ini ditentukan oleh index refraksi medium tersebut. Contoh sederhana saat kita melihat akuarium pada sudut tertentu kaca akuarium yang tembus pandang tiba-tiba menjadi cermin, memantulkan bayangan isi akuarium.

Fenomena Halo, Fenomena Biasa

Prakirawan dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Susi Susiana, menyebutkan bahwa fenomena halo merupakan fenomena biasa yang bisa terjadi di seluruh muka bumi.

Bulatan halo di langit terbentuk karena adanya reaksi optik ketika sinar matahari dibiaskan kristal-kristal air pada lapisan awan tipis cirrus.

“Fenomena alam itu lumrah dan bisa terjadi di mana saja, seperti pelangi mengelilingi matahari atau bulan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan cuaca,” kata Susiana saat menghadiri Peringatan Hari Meteorologi Dunia ke-60 tahun 2010 di Lembang Kabupaten Bandung.

Ia menyebutkan, fenomena halo mungkin jarang terjadi di daerah tropis, namun di belahan bumi Eropa fenomena itu sering terjadi.

Halo, selain terjadi dalam bentuk lingkaran penuh dengan bagian pinggir berbingkai warna pelangi, juga bisa terjadi dalam lingkaran separuh dengan pusat pada cahaya matahari.

Susiana menyebutkan, bila ingin melihat halo, kedua mata harus dilindungi dari pancaran sinar matahari.

“Jangan sesekali terlalu lama memandang halo, kalau perlu memakai kacamata hitam atau tiga dimensi, hindari kilauan pada kaca atau cermin,” katanya.

Khusus bagi mereka yang hendak mengambil foto dengan menggunakan kamera single lens reflex (SLR), sebaiknya tidak langsung membidik melalui kotak bidik ke arah halo, karena cahaya matahari akan masuk ke dalam lensa fokus dan bisa merusak retina mata.

Pertanda Gempa?

Masyarakat Sumatera Barat yang mengamati halo di sekeliling Matahari pada 21 Oktober 2010 dipanikkan dengan isu gempa yang akan menyusul. Pasalnya, ada desas-desus yang mengatakan bahwa sebelum gempa 30 September 2009, halo juga terlihat di sekeliling Matahari.

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, halo tidak terbentuk oleh suatu aktivitas seismik (aktivitas lempeng bumi). Penanda suatu gempa bumi haruslah berasal dari akibat aktivitas seismik, misalnya gerak lempeng (diamati menggunakan GPS) atau anomali pada ionosfer (diamati menggunakan ionosonda). Karena itu, halo sama sekali tidak ada hubungannya dengan gempa bumi.

Apa Itu Badai Matahari?



Matahari adalah sebuah bintang, yaitu bola plasma panas yang ditopang oleh gaya gravitasi. Di pusat Matahari, terjadi reaksi nuklir (fusi) yang mengubah 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium. Reaksi fusi tersebut, selain menghasilkan helium, juga menghasilkan energi dalam jumlah melimpah (ingat persamaan terkenal oleh Einstein: E=mc2). Energi yang dihasilkan, di pancarkan keluar melewati bagian-bagian Matahari, yaitu: zona radiatif, zona konventif, dan bagian atmosfer Matahari, yang terdiri dari fotosfer, kromosfer, dan korona. Dan Badai Matahari adalah peristiwa yang berkaitan dengan bagian atmosfer Matahari tersebut.

Bagian terluar dari Matahari, yaitu korona, memiliki temperatur yang mencapai jutaan kelvin. Dengan temparatur yang tinggi tersebut, materi yang berada di korona Matahari memiliki energi kinetik yang besar. Tarikan gravitasi Matahari tidak cukup kuat untuk mempertahankan materi korona yang memiliki energi kinetik yang besar itu. Dan secara terus menerus, partikel bermuatan yang berasal dari korona, akan lepas keluar angkasa. Aliran partikel ini dikenal dengan nama angin matahari, yang terutama terdiri dari elektron dan proton dengan energi sekitar 1 keV. Setiap tahunnya, sebanyak 1012 ton materi korona lepas menjadi angin matahari, yang bergerak dengan kecepatan antara 200-700 km/s.

Berbeda dengan pusat Matahari yang relatif sederhana, bagian atmosfer Matahari relatif lebih rumit. Karena di atmosfer Matahari ini, medan magnetik Matahari berperan besar terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Ada berbagai fenomena menarik diamati di atmosfer Matahari berkaitan dengan medan magnetik Matahari, seperti bintik matahari (sun spot), ledakan Matahari (solar flare), prominensa, dan pelontaran material korona (CME – Coronal Mass Ejection). Hal-hal inilah yang berkaitan dengan badai matahari.

Jadi apa yang dimaksud dengan badai matahari?

Singkatnya, badai matahari adalah kejadian / event dimana aktivitas Matahari berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Badai matahari ini berkaitan langsung dengan peristiwa solar flare dan CME. Kedua hal itulah yang menyebabkan terjadinya badai matahari.
Atau ledakan dahsyat di Matahari, mengirim milyaran ton material tak bermuatan, juga disebut plasma, ke luar angkasa pada kecepatan lebih dari satu juta mil per jam. Awan plasma membawa bidang magnetik yang kuat. Saat awan bermagnet itu mencapai Bumi sehari atau tiga hari kemudian, sejumlah besar energinya terendapkan ke dalam magnetosfir Bumi.

Normalnya, magnetosfir Bumi menangkis angin matahari yang merusak dan melindungi lingkungan. Namun demikian, badai matahari berpotensi mengganggu efek pelindung ini dan menghasilkan beberapa cuaca luar angkasa, yang dampaknya bisa merusak susunan luas sistem tehnologi, termasuk satelit operasi, komunikasi dan navigasi serta jaringan listrik.
Partikel energetik dari ledakan “flare” badai matahari pertama di tahun 2012 yang tergolong cukup kuat berskala M8-9 yang terjadi pada 23 Januari pukul 10.59 WIB telah mencapai bumi pada Selasa 24 Januari malam waktu Indonesia.

“Dampaknya terhadap operasional satelit terasa hingga Rabu ini. Flare yang cukup kuat ini adalah pertama kali sejak Mei 2005 atau sejak tujuh tahun lalu,” kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Prof Dr Thomas Djaludin di Jakarta, Rabu (25/01/2012)

Apa yang dimaksud dengan “ Flare”?

Flare ini, menurut Profesor Riset Astronomi-Astrofisika itu, juga diikuti oleh CME (Coronal Mass Ejection), lontaran massa dari korona matahari, terutama proton dengan kecepatan tinggi, yakni sampai 1.400 km/detik atau kira-kira menjangkau jarak sepanjang Pulau Jawa hanya dalam waktu satu detik. CME terdeteksi wahana pemantau matahari SOHO pada posisi antara bumi-matahari berjarak 1.500.000 km dari bumi (sekitar 4 kali jarak bumi-bulan), ujarnya. Partikel bermuatan dari matahari itu tampak seperti hujan salju, yang berarti mengarah ke arah bumi dan disebut CME halo, karena tampak seperti melingkupi seluruh piringan matahari.

Atau ledakan di Matahari akibat terbukanya salah satu kumparan medan magnet permukaan Matahari. Ledakan ini melepaskan partikel berenergi tinggi dan radiasi elektromagnetik pada panjang gelombang sinar-x dan sinar gamma. Partikel berenergi tinggi yang dilepaskan oleh peristiwa solar flare, jika mengarah ke Bumi, akan mencapai Bumi dalam waktu 1-2 hari. Sedangkan radiasi elektromagnetik energi tingginya, akan mencapai Bumi dalam waktu hanya sekitar 8 menit.

Lalu bagaimana dengan CME?

CME adalah pelepasan material dari korona yang teramati sebagai letupan yang menyembur dari permukaan Matahari. Dalam semburan material korona ini, sekitar 2×1011 – 4×1013 kilogram material dilontarkan dengan energi sebesar 1022 – 6×1024 joule. Material ini dilontarkan dengan kecepatan mulai dari 20 km/s sampai 2000 km/s, dengan rata-rata kecepatan 350 km/s. Untuk mencapai Bumi, dibutuhkan waktu 1-3 hari.

Matahari kita memiliki siklus keaktifan dengan periode sekitar 11 tahun. Siklus keaktifan ini berkaitan dengan pembalikan kutub magnetik di permukaan Matahari. Keaktifan Matahari ini bisa dilihat dari jumlah bintik matahari yang teramati. Saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, kita akan mengamati bintik matahari dalam jumlah paling banyak di permukaan Matahari. Dan pada saat keaktifan Matahari mencapai maksimum inilah, angin matahari lebih ‘kencang’ dari biasanya dan partikel-partikel yang dipancarkan juga lebih energetik. Dan peristiwa solar flare dan CME dalam skala besar juga lebih dimungkinkan untuk terjadi. Dengan kata lain, saat keaktifan Matahari mencapai maksimum, Bumi akan lebih banyak dipapar dengan partikel-partikel bermuatan tinggi (lebih tinggi dari biasanya) dan radiasi elektromagnetik energi tinggi.

Partikel-partikel bermuatan yang dipancarkan dari peristiwa solar flare dan CME, saat mencapai Bumi, akan berinteraksi dengan medan magnetik Bumi. Interaksi ini akan menyebabkan gangguan pada medan magnetik Bumi buat sementara.

Saat partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan diarahkan oleh medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi, menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik Bumi. Saat partikel-partikel energetik tersebut berbenturan dengan partikel udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan partikel udara (terutama nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, yang kita amati adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di sekitar kutub magnetik Bumi (utara dan selatan).

Aurora

Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya menghasilkan aurora yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa memberikan dampak yang relatif lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang dimaksud antara lain: gangguan pada jaringan listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan, gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll), navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.

Peristiwa gangguan besar yang disebabkan oleh badai matahari, yang paling terkenal adalah peristiwa tahun 1859, peristiwa yang dikenal dengan nama Carrington Event. Saat itu, jaringan komunikasi telegraf masih relatif baru tapi sudah luas digunakan. Ketika terjadi badai Matahari tahun 1859, jaringan telegraf seluruh Amerika dan Eropa mati total. Aurora yang biasanya hanya bisa diamati di lintang tinggi, saat itu bahkan bisa diamati sampai di equator.

Masih ada beberapa contoh peristiwa lain yang berkaitan dengan badai matahari yang terjadi dalam abad ke-20 dan 21:

1. 13 maret 1989: Terjadi CME besar 4 hari sebelumnya. Badai geomagnetik menghasilkan arus listrik induksi eksesif hingga ribuan ampere pada sistem interkoneksi kelistrikan Ontario Hydro (Canada). Arus induksi eksesif ini menyebabkan sejumlah trafo terbakar. Akibat dari terbakarnya trafo tsb, jaringan listrik di seluruh Quebec (Canada) putus selama 9 jam. Guncangan magnetik badai sekitar seperempat Carrington event, (sekitar 400 nT). Aurora teramati sampai di Texas

2.Januari 1994 : 2 buah satelit komunikasi Anik milik Canada rusak akibat digempur elektron-elektron energetik dari Matahari. Satu satelit bisa segera pulih dalam waktu beberapa jam, namun satelit lainnya baru bisa dipulihkan 6 bulan kemudian.
Total kerugian akibat lumpuhnya satelit ini disebut mencapai US $ 50 – 70 juta.

3.November 2003 : Mengganggu kinerja instrumen WAAS berbasis GPS milik FAA AS selama 30 jam.

4.Januari 2005: Berpotensi mengakibatkan black-out di frekuensi HF radio pesawat, sehingga penerbangan United Airlines 26 terpaksa dialihkan menghindari rute polar (kutub) yang biasa dilaluinya.

Bahaya Badai Matahari

Badai Matahari juga bisa berbahaya bagi makhluk hidup secara biologi. Bahaya ini terutama bagi para astronot yang kebetulan sedang berada di luar angkasa saat badai matahari terjadi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi, kita relatif aman terlindungi oleh medan magnetik Bumi. Pengaruh langsung dari badai matahari ini hanya dialami oleh binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik Bumi. Karena badai matahari mengganggu medan magnetik Bumi, maka binatang-binatang yang peka terhadap medan magnetik akan secara langsung terimbas. Misalnya burung-burung, lumba-lumba, dan paus, yang menggunakan medan magnetik Bumi untuk menentukan arah, untuk sesaat ketika badai matahari terjadi, mereka akan kehilangan arah.

Saat ini, Matahari sedang menuju puncak keaktifan dalam siklusnya yang ke-24. Puncak keaktifan Matahari ini diperkirakan terjadi sekitar tahun2011-2013. Saat puncak keaktifan Matahari pada siklus ke-24 ini, diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan saat puncak keaktifan pada siklus-siklus sebelumnya. Mungkin efeknya akan sedikit lebih besar, tapi ada juga yang menduga akan terjadi hal yang sebaliknya, justru lebih kecil efeknya. Yang manapun itu kasusnya, bisa dikatakan semua ahli fisika matahari sepakat tidak mungkin terjadi peristiwa besar yang akan membahayakan kehidupan di muka Bumi.

Berdasarkan pengetahuan kita saat ini, badai matahari hanya akan memberikan ancaman bahaya yang rendah. Solar flare dan CME yang terjadi di Matahari, tidak akan cukup untuk menyebabkan peristiwa seperti yang digambarkan dalam beberapa film yang beredar belakangan ini. Beberapa bintang yang diamati memang menunjukkan adanya peristiwa yang dikenal dengan istilah superflare, yaitu flare seperti yang kita amati di Matahari tapi dengan intensitas yang jauh lebih besar. Tapi peristiwa serupa diduga bukan peristiwa yang umum dan diragukan bakal terjadi pada Matahari kita, setidaknya saat ini. Memang peristiwa solar flare dan CME belum bisa diprediksi dengan baik untuk saat ini. Tapi pengetahuan kita yang didapat dari pengamatan Matahari lewat berbagai observatorium landas-bumi dan wahana antariksa yang terus menerus mengamati Matahari, kita semakin mengerti berbagai peristiwa yang terjadi di Matahari. Setidaknya untuk saat ini, kita bisa mengatakan dengan cukup yakin bahwa yang digambarkan dalam film-film fiksi ilmiah tentang badai raksasa matahari, tidak akan terjadi dalam waktu dekat.